Tandaseru — Fakta mengejutkan terungkap dalam insiden meledaknya speedboat RIB 04 milik Basarnas Ternate. Satu dari dua orang korban yang dijemput tim evakuasi yang berakhir celaka tersebut adalah anggota polisi.
Padahal, dalam rilis awalnya Basarnas menyebutkan tim SAR hendak mengevakuasi dua nelayan yang mengalami mati mesin saat melaut di perairan Gita, kota Tidore Kepulauan. Nyatanya, kedua nelayan dimaksud adalah satu anggota polisi bernama AIPDA Sudarwin Hasrat bersama seorang nelayan, Udin Rope. Keduanya berada di tengah laut bukan untuk memancing melainkan memperbaiki kapal penampung ikan milik Sudarwin yang rusak.
Sudarwin dalam konferensi pers, Jumat (7/2/2025), mengungkapkan ia awalnya mendapat kabar kapal miliknya hanyut di perairan pulau Makian, Halmahera Selatan, tepatnya di depan desa Samsuma, Jumat (31/1/2025).
“Jadi awalnya saya lagi turun SAR, bantu kapal saya yang hanyut di perairan Makian,” ungkapnya.
Saat itu Sudarwin mengaku mengajak Udin dan satu mekanik, serta membawa alat-alat yang dibutuhkan untuk perbaikan mesin kapal.
“Saya berangkat dari Ternate ke pulau Makian sekitar pukul 16:00 WIT dan tiba malam hari. Namun, kapal tidak bisa segera digunakan karena alatnya rusak. Jadi, kami menarik kapal ke pulau Kayoa, tepatnya di desa Bajo,” kisahnya.
Setelah kapal diperbaiki, mereka berangkat dari Kayoa menuju Ternate pada Minggu (2/2/2025) pukul 11:00 WIT. Namun, dalam perjalanan, mereka mendapat kabar bahwa ada kapal lain yang mengalami kerusakan di perairan Bacan dan membutuhkan mekanik.
“Kami berinisiatif menurunkan mekanik di desa Gita agar bisa melanjutkan perjalanan ke Halmahera Selatan lewat darat, mengingat cuaca yang tidak mendukung,” jelasnya.
Sekitar pukul 16.00 WIT, kapal kembali bertolak dari desa Gita menuju Ternate. Namun, dua jam kemudian, saat mendekati pulau Moti, cuaca semakin memburuk dan mesin kapal tiba-tiba mati.
“Karena kondisi cuaca buruk, saya menghubungi SAR Polairud, yakni Briptu Ritno, tapi tidak ada respon. Lalu saya menghubungi Bripka Irwan, yang akhirnya bisa merespon. Tidak lama kemudian, Basarnas Ternate juga mengonfirmasi dan meminta lokasi kami,” kata Sudarwin.
Irwan kembali menelepon sekitar pukul 23:00 WIT, dan meminta mereka memberi sinyal cahaya menggunakan senter. Saat itu Basarnas telah mengutus tim evakuasi yang terdiri atas 11 orang. Tim ini menumpangi RIB 04 yang berakhir naas itu.
“Kami memberikan kode cahaya dan sempat melihat cahaya dari kejauhan. Namun, lima menit kemudian, saya kehilangan kabar. Tiba-tiba, Irwan menelepon lagi dan mengatakan bahwa mereka tidak bisa menolong karena juga mengalami musibah. Tapi kami tidak mendengar adanya ledakan,” tambah Sudarwin.
Karena tidak ada bantuan, Sudarwin mendesak Udin untuk segera memperbaiki mesin kapal yang rusak. Akhirnya, sekitar pukul 07:00 WIT, Senin (3/2/2025), mesin kapal kembali berfungsi dan mereka melanjutkan perjalanan ke Ternate.
“Namun, tiba-tiba mesin rusak lagi, dan kami hanyut hingga ke pulau Moti. Baru pada siang hari kapal bisa kembali beroperasi, dan kami tiba di Ternate sore menjelang Magrib,” pungkasnya.
Dalam misi penyelamatan Udin dan Sudarwin, Basarnas mengerahkan 11 personel yang terdiri dari anggota Basarnas, Polairud dan jurnalis Metro TV Sahril Helmi.
Setelah mendapat laporan, malam itu juga tim langsung bertolak ke titik lokasi sekitar jam 9 malam. Tim SAR gabungan bertolak dari pelabuhan Ahmad Yani Ternate.
Alasan Basarnas melakukan operasi pada malam hari lantaran sudah mengetahui titik lokasi dua orang tersebut sehingga harus segera memberi pertolongan. Dengan begitu, Basarnas mengklaim operasi yang dilakukan sudah sesuai SOP.
Menurut Kasi Ops Basarnas Ternate M Syahran Laturua yang memimpin operasi, saat itu cuaca baik-baik saja sehingga mereka tetap berangkat melakukan pertolongan terhadap Udin dan Darwin. Naasnya, sekitar 10 menit sebelum sampai di LKP, RIB 04 meledak. Dalam peristiwa itu, tiga orang meninggal dunia, tujuh luka-luka dan satu jurnalis belum ditemukan hingga kini.
Tinggalkan Balasan