Tandaseru — Sekelompok pemuda di desa Tewil, kecamatan Kota Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, menggagas pembangunan kebun hortikultura berbasis greenhouse. Langkah ini merupakan bentuk kepedulian terhadap ketersediaan pangan lokal dan semangat kemandirian ekonomi.

Berawal dari inisiatif penggalangan dana untuk perayaan Natal dan hari besar keagamaan Nasrani lainnya, para anak muda ini justru menemukan gagasan berkelanjutan yang kini mulai menumbuhkan harapan.

Desa Tewil yang terletak di wilayah pesisir memiliki kondisi sosial ekonomi yang sebagian besar bergantung pada sektor perikanan. Ketergantungan terhadap pasokan sayur-sayuran dan komoditas hortikultura dari luar desa membuat harga di pasaran lokal tinggi dan tidak menentu. Melihat kondisi ini, para pemuda gereja memutuskan berkontribusi lewat jalur yang tak biasa: bertani.

Gagasan ini kemudian disampaikan dalam forum Focus Group Discussion (FGD) bersama Tim Community Development PT Position. Dari forum tersebut, lahirlah kolaborasi untuk membangun sebuah greenhouse—media tanam modern yang dirancang khusus untuk menciptakan iklim mikro yang terkendali, memungkinkan tanaman tumbuh optimal meski di daerah pesisir.

“Kami awalnya hanya ingin galang dana Natal, tapi kenapa tidak sekalian buat sesuatu yang bisa berkelanjutan? Dari situ muncul ide kebun, lalu berkembang jadi greenhouse,” kata Warsi, salah satu pengurus kelompok tani pemuda GerejaEklesia Tewil.

Kini, greenhouse tersebut telah berdiri dan mulai menunjukkan hasil. Tanaman cabai, tomat, kol, dan sayuran hijau lainnya sudah memasuki fase vegetatif. Kegiatan ini tak hanya melibatkan pemuda gereja, tetapi juga mendapat pendampingan dari penyuluh pertanian desa Tewil secara rutin.

Setiap hari, Warsi bersama rekan-rekannya secara bergantian melakukan penyiraman, pemangkasan, dan pengecekan tanaman. Proses belajar bersama ini tidak hanya memberikan pengalaman baru, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif dan semangat kemandirian pangan.

Kalau sudah konsisten dan panen lancar, kami rencanakan buat pasar pagi di desa. Hasil panennya dijual langsung ke warga, biar harga lebih terjangkau dan kita punya kas gereja yang stabil untuk acara keagamaan,” tambah Warsi penuh semangat.

Program ini diharapkan menjadi awal dari gerakan kemandirian pangan dan ekonomi lokal berbasis komunitas pemuda. Bukan hanya mengatasi ketergantungan terhadap pasokan luar, tetapi juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya inovasi dan kolaborasi dalam pembangunan desa.

Dengan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, greenhouse pemuda Gereja Eklesia Tewil berpotensi menjadi model inspiratif bagi desa-desa lain di Halmahera Timur—bahwa dari tangan-tangan muda, perubahan itu nyata.

Sahril Abdullah
Editor
Sahril Abdullah
Reporter