Oleh: M. Jain Amrin
_______
DALAM sejarah pemikiran Indonesia, Madilog (Materialisme Dialektika Logika) yang dicetuskan oleh Tan Malaka merupakan tonggak penting dalam membangun cara berpikir yang rasional, ilmiah, dan membebaskan. Ketika membahas pendidikan dalam sudut pandang Madilog, kita berbicara tentang pendidikan yang mencerdaskan secara logis, membebaskan secara sosial, dan membentuk manusia yang mampu berpikir ilmiah dan mandiri.
1. Materialisme: Pendidikan yang Berbasis Realitas
Madilog menolak cara berpikir mistik dan irasional yang dianggap menghambat kemajuan. Dalam perspektif materialisme, pendidikan harus bertolak dari kenyataan objektif, bukan dogma, mitos, atau kepercayaan yang membatasi nalar. Siswa harus diajak memahami dunia apa adanya secara ilmiah dan empiris.
Contoh:
Alih-alih hanya menghafal fakta, siswa harus diajak mengamati gejala alam, menganalisis data sosial, dan memahami sebab-akibat secara nyata. Pendidikan bukan sekadar hafalan, tetapi alat untuk memahami dan mengubah kenyataan sosial.
2. Dialektika: Pendidikan yang Membangun Kesadaran Progresif
Filsafat dialektika mengajarkan bahwa segala sesuatu berkembang melalui kontradiksi dan perubahan. Dalam pendidikan, pendekatan ini mengajak siswa untuk berpikir kritis, memahami konflik sosial, serta menyadari bahwa pengetahuan dan masyarakat selalu dalam proses menjadi.
Pendidikan dalam kerangka dialektika berarti siswa tidak hanya belajar dari masa lalu, tetapi juga melihat kemungkinan masa depan dan menjadi agen perubahan. Mereka diajak mempertanyakan ketimpangan, ketidakadilan, dan realitas sosial yang membelenggu.
“Pendidikan harus menyiapkan rakyat untuk berpikir, bersikap, dan bertindak dalam menghadapi perubahan sejarah.” Tan Malaka
3. Logika: Pendidikan yang Rasional dan Terstruktur
Aspek logika dalam Madilog mendorong pola pikir yang sistematis dan kritis. Dalam pendidikan, hal ini berarti mengajarkan cara berpikir yang nalar, runtut, dan logis. Siswa harus dibekali kemampuan menyusun argumen, mengidentifikasi kesalahan berpikir, serta menganalisis informasi secara objektif.
Pendidikan tidak boleh mengandalkan dogma otoritas semata, melainkan memberi ruang dialog dan pembuktian rasional. Guru bukan pusat kebenaran absolut, tetapi fasilitator berpikir.
4. Pendidikan sebagai Alat Emansipasi Rakyat
Dalam kerangka Madilog, pendidikan adalah senjata pembebasan. Bukan alat untuk mencetak buruh intelektual yang tunduk pada sistem kapitalisme, tetapi sarana untuk membentuk manusia yang sadar kelas, kritis terhadap ketimpangan, dan berani melakukan perubahan.
Oleh karena itu, sistem pendidikan yang ideal menurut pandangan Madilog adalah yang:
- Menghapuskan hierarki dan ketimpangan akses pendidikan
- Mengembangkan kurikulum berbasis realitas lokal dan kebutuhan rakyat
- Mendorong siswa berpikir kritis dan tidak dogmatis
- Melatih keberanian moral dan sosial untuk membela keadilan.
Melihat pendidikan dari sudut pandang Madilog bukan hanya berbicara tentang metode mengajar atau kurikulum, tetapi lebih dalam: bagaimana pendidikan membentuk manusia yang berpikir bebas, bertindak adil, dan membangun masyarakat yang berkeadilan. Dalam dunia yang masih sarat penindasan dan ketimpangan, semangat Madilog tetap relevan sebagai landasan pendidikan yang membebaskan dan mencerdaskan. (*)
Tinggalkan Balasan