Oleh: Fahmi Djaguna
Mantan Ketua OKK BPC HIPMI Pulau Morotai 2021-2024
________
DI ujung timur Indonesia, Morotai berdiri sebagai mutiara tersembunyi di perairan Pasifik. Keindahan alamnya adalah anugerah, namun seperti banyak daerah kepulauan lainnya, Morotai juga memikul beban tantangan geografis dan keterbatasan akses. Dalam ruang inilah, anak-anak muda dipanggil bukan sekadar untuk bermimpi, tapi untuk bertindak. Momentum Musyawarah Daerah (Musda) ke-III BPC HIPMI Pulau Morotai pada tanggal 03 Juni 2025 di Resort Jababeka Morotai, menjadi penanda semangat baru; semangat untuk bangkit dan melompat lebih jauh.
Pada hari yang penuh sejarah itu, terpilihlah Adinda Sutikno Ali sebagai Ketua Umum BPC HIPMI Pulau Morotai periode 2025–2028. Bersama dua sahabat seperjuangannya, yakni Adinda Kadhan Lobi sebagai Sekretaris Umum dan Adinda Ermiatin Sutartino Makatita sebagai Bendahara Umum, mereka adalah representasi anak-anak muda Morotai yang berani mengambil tanggung jawab besar; menata masa depan daerah kepulauan lewat jalur kewirausahaan.
Visi yang diusung Adinda Sutikno Ali bukan sekadar retorika belaka. “Menjadikan HIPMI sebagai organisasi pengusaha muda yang Unggul dan Inovatif di daerah Kepulauan,” adalah panggilan untuk menjawab masalah-masalah kedaerahan yakni akses logistik yang masih sulit, ekonomi yang bergantung pada sektor primer, keterbatasan lapangan kerja, dan belum optimalnya pengelolaan potensi pariwisata, perikanan, serta produk-produk lokal lainnya.
HIPMI, sebagai wadah pengusaha muda, bukan sekadar organisasi seremonial. HIPMI adalah dapur gagasan, laboratorium inovasi, dan tempat anak-anak muda menempa diri. Di daerah kepulauan seperti Morotai, HIPMI dapat menjadi jembatan antara potensi dan realisasi, antara mimpi dan pasar, antara semangat lokal dan jejaring nasional bahkan internasional.
Jadi, Morotai butuh cara baru untuk bertumbuh. Dan anak muda adalah energi perubahan itu. Karena daerah lain melaju dengan industrialisasi dan teknologi, Morotai justru punya peluang emas di sektor yang lebih alami namun tak kalah strategis; ekowisata, perikanan bernilai tambah, agribisnis berbasis komunitas. HIPMI Morotai bisa menjadi garda terdepan yang menghubungkan inovasi, tradisi dan menjadikan nilai lokal sebagai keunggulan kompetitif di pasar global.
Namun, tantangannya tidak kecil. Ketersediaan infrastruktur, kualitas SDM, keterbatasan investasi, dan rendahnya literasi digital masih menjadi batu sandungan. Tapi inilah saatnya berhenti menjadikan tantangan sebagai alasan untuk diam. Sebaliknya, tantangan harus menjadi bahan bakar bagi perubahan.
Sutikno, Kadhan, dan Ermi adalah simbol bahwa anak muda Morotai tak ingin hanya menjadi penonton. Mereka memilih menjadi pelaku sejarah. Dan dalam gerak mereka, ada pesan kuat bagi seluruh generasi muda Morotai; bahwa perubahan bukan datang dari luar, tapi dimulai dari keberanian melangkah, meski dengan sumber daya yang terbatas.
Oleh karena itu, dengan momentum musyawaran dan dilanjutkan pelantikan kepengurusan baru HIPMI Morotai di malam hari setelah Musda ke-III menjadi lebih dari sekadar prosesi. Moment itu adalah deklarasi bahwa era baru telah dimulai. Era di mana anak muda tak hanya sibuk mencari pekerjaan, tapi menciptakan lapangan pekerjaan. Era di mana inovasi menjadi nafas pembangunan, dan kolaborasi menjadi jembatan melewati sekat-sekat kepulauan.
HIPMI Morotai bukan hanya milik segelintir orang. HIPMI adalah ruang kolektif bagi semua pengusaha muda, calon wirausahawan, pelaku UMKM, dan inovator desa. Saatnya menghapus stigma bahwa menjadi pengusaha hanya untuk yang “punya modal besar.” Karena modal terbesar sesungguhnya adalah niat kuat, ide segar, dan kemauan belajar tanpa henti.
Maka saatnya membangun Morotai. Morotai adalah daerah kepulauan dengan berbagai potensi. Dan potensi itu kini sedang dibangkitkan oleh tangan-tangan muda penuh semangat. Di pundak HIPMI Morotai hari ini, ada harapan besar; agar anak-anak muda tak lagi menunggu janji pembangunan dari pusat, tapi berani menjadi pusat pembangunan dari tanah sendiri.
Semoga langkah dan ikhtiar ini tidak berhenti di pelantikan semata. Tapi terus bergulir menjadi gerakan bersama, menjadikan Morotai bukan hanya dikenal karena sejarah perangnya, tapi karena kebangkitan ekonominya yang dimotori oleh anak-anak muda yang berani bermimpi dan bekerja nyata. Untuk itu, kini saatnya anak muda ambil peran. Dan Morotai, dengan segala tantangannya, menanti mereka yang siap menjawab panggilan sejarah. Semoga! (*)
Tinggalkan Balasan