Tandaseru — Komisi III DPRD Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan RSD Tidore, Dinas Kesehatan, serta salah satu warga kelurahan Payahe, kecamatan Oba. RDP berlangsung Rabu (16/4/2025) siang.

Dalam rapat tersebut, Komisi III yang bermitra dengan pelayanan kesehatan itu meminta klarifikasi terkait kelalaian petugas kesehatan di Puskesmas Payahe yang memberikan obat kedaluwarsa kepada seorang balita perempuan berusia 3,4 tahun.

Ketua Komisi III Ardiansyah Fauji usai rapat mengatakan, pihak RSD telah memberikan keterangan terkait kelalaian petugas puskesmas. Ardiansyah bilang, semestinya pihak puskesmas atau pun rumah sakit lebih jeli dalam penyortiran obat kedaluwarsa.

“Karena obat kedaluwarsa itu mestinya sudah dipilah tiga bulan sebelum pemusnahan, tapi ini petugas farmasi lalai dan tadi pihak rumah sakit sudah mengakui itu dalam rapat,” kata Ardiansyah.

Menurut Ardiansyah, obat yang tidak layak dikonsumsi sudah dimusnahkan Januari 2025. Namun, mirisnya, pihak puskesmas masih memberikan obat expired kepada pasien.

Jenis obat yang kedaluwarsa yakni Paracetamol sirup. Sebelumnya, orang tua balita membawa anaknya yang sedang panas tinggi ke Puskesmas Payahe pada 11 April 2025. Setelah menjalani pemeriksaan, pasien lalu diberikan obat penurun panas yakni Paracetamol sirup. Di hari kedua, kondisi balita tidak ada perubahan dan suhu badannya panas tinggi.

Orang tua pasien yakni Amirudin Ibrahim merasa penasaran dan mengecek tanggal kedaluwarsa yang ditutupi dengan kertas resep oleh petugas puskesmas. Dan ternyata benar, kedaluwarsa obat tertera Maret 2025.

“Saya rasa ini bukan kelalaian tapi ada unsur kesengajaan dari petugas puskesmas. Saya mengadu ke DPRD melalui Komisi III, dan tadi juga sudah RDP dengan pihak rumah sakit dan Dinkes. Saya berharap, hal ini tidak terjadi lagi. Alhamdulilah masalah ini sudah tersampaikan,” ungkap Amirudin.

Saat ditanya kondisi sang anak, Amirudin mengaku kalau putrinya masih panas.

“Saya berharap ini hanya terjadi di anak saya dan jangan terjadi lagi di orang lain, dan pihak puskesmas harus lebih memperhatikan lagi ketika memberi obat pada pasien,” pungkasnya.

Sahril Abdullah
Editor
Sahril Abdullah
Reporter