Oleh: Anwar Husen
Tinggal di Tidore
_________
BEBERAPA hari terakhir Ramadan ini, cuaca sedang kurang bersahabat. Intensitas hujan merata dan konstan yang terjadi di daerah ini memicu luapan air hingga banjir di beberapa wilayah yang mengancam keselamatan warga dan aktivitas umumnya. Kondisi ini memicu otoritas berwenang mengeluarkan peringatan dini dan imbauan. Juga beberapa pemerintah daerah, termasuk pemerintah provinsi Maluku Utara. Terbaca dari sebuah berita media, Wali Kota Tidore Kepulauan Muhammad Sinen memberi instruksi hingga ke jajarannya paling bawah untuk tetap waspada dengan kondisi ini.
Di sebuah berita media, camat Oba memberi peringatan bagi pengendara dan warganya di sana. Intensitas hujan menyebabkan jalan penghubung antara wilayah kecamatan Oba dan Oba Selatan nyaris terputus akibat longsor. Ini tepatnya di dusun Toe, desa Kusu Sinopa pada Sabtu (23/3/2025). Potongan gambarnya memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Kondisi jalan yang terputus, jembatan yang roboh dan jenis penghambat akses lainnya, bukan hal baru di wilayah ini, sejak lama.
Ini potongan komentar saya di WAG tadi menanggapi berita itu, “Jalan penghubung Payahe hingga Lifofa di kecamatan Oba Selatan itu, dulunya wilayah kecamatan Oba, wilayah kita dari jaman pemerintahan Daerah Administratif Halmahera Tengah, di sekitar 35 tahun lalu. Bisa dibandingkan kondisinya dengan wilayah kecamatan lainnya saat ini, kecamatan Wasile kabupaten Halmahera Timur, misalnya. Itu wilayah Halmahera Tengah terjauh dari ibukota Soasio saat itu, sebelun mekar. Mereka di di Oba juga punya harkat, derajat, martabat dan harga diri, sama seperti warga di kecamatan lainnya. Semoga di kepemimpinan ini, mereka bisa hidup layaknya warga kecamatan lainnya. Anggota DPRD dari Dapil Oba dan Oba Selatan juga, turut berpikir bagaimana caranya”.
Anda tahu kenapa saya tertarik mengomentari hingga menulis ini, itu karena ada gambar ini, yang saya dapatkan dari sebuah grup WhatsApp, tanpa keterangan: Wali Kota Tidore Kepulauan Muhammad Sinen, dengan menggunakan pelindung hujan, berlatar jalan yang nyaris terputus tadi, di suasana gerimis dan mendung. Mungkin sedang memantau dan melihat situasi.
Karena tak meyakinkan, saya hingga harus mengonfirmasinya ke Kepala Bagian Humas Pemerintah Daerah, Ridwan Hadji, untuk memastikan keaslian dan konteksnya. Darinya, saya mendapatkan cukup informasi dan beberapa gambar terkait dan keterangan ini, Wali Kota Tidore Kepulauan Muhammad Sinen, SE meninjau langsung kondisi jalan dan aliran sungai longsor yang terdampak banjir di Dusun Toe, Desa Kusu Sinopa, Kecamatan Oba, Sabtu (22/3/2025) sore.
Mungkin definisi paling operasional dari kata “tanggap” dari seorang pemimpin, terlebih pemimpin daerah, itu simpel saja: Anda secepatnya hadir secara fisik untuk merespon sebuah situasi kritis yang dihadapi warga. Tak susah. Di bencana longsor tadi, misalnya. Kehadiran Anda saat itu mungkin tak memberi dampak langsung mengatasi masalah, tetapi terapi psikologis kehadiran Anda sebagai pemimpin daerah bisa berdampak besar bagi jaminan ketenangan warga yang mungkin dihantui ketakutan dan kecemasan.
Baru kali ini saya memilih angle ini sebagai konten tulisan pendek saya, yang jumlahnya sudah ratusan itu, untuk merespon situasi dan kehidupan sosial kita, karena ada daya tarik dan variabel tokoh. Kita tahu di mana dusun Toe itu. Juga di mana desa Kusu Sinopa itu, dan bagaimana kondisi keterisolasiannya. Sewaktu masih menjadi pimpinan perangkat daerah di Kota Tidore Kepulauan, puluhan tahun lalu, saya sering melintasi jalur ini.
Telah banyak pemimpin daerah ini berganti di hitungan puluhan tahun, melewatkan kondisi jalan penghubung Payahe-Lifofa yang belum jauh berubah ini. Banyak yang menyatakan peduli hingga prihatin dan macam-macam. Tetapi tak banyak yang datang seketika dan melihat masalah yang menerpa.
Cerita tentang kondisi terisolir di wilayah semenanjung Oba dan Oba Selatan dalam hitungan waktu yang panjang ini, lebih kental jadi isu dan komoditas politik saat kontestasi pemilihan kepala daerah ketimbang isu pembangunan dan kemanusiaan. Isu minor ini, bahkan menjangkau hingga antargenerasi warga di sana.
Saya sedikit punya pembanding, ketika menyusuri wilayah sebelahnya, jalan penghubung Weda di kabupaten Halmahera Tengah hingga Gane Barat, kabupaten Halmahera Selatan yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Tidore Kepulauan di bagian Selatan Halmahera itu. Terasa betapa jauh berbeda dan membuat jadi iri.
Saya membayangkan hal ini jangan terjadi. Warga Wasile di kabupaten tetangga kita tadi, yang dulunya sempat menikmati menjadi bagian paling jauh pemerintahan daerah adminsitratif Halmahera Tengah, berpikir begini: untung saja mereka sudah mekar dan berpisah. Kalau saja tidak, mungkin saja nasib mereka tak jauh beda dengan warga kita di bagian selatan, yang sering mengeluhkan kualitas jalan penghubung hingga sering di terpa longsor tadi. Padahal secara geografis, mereka yang paling dekat dengan pusat pemerintahan dan pengambil kebijakan.
Di sebuah berita media, terbaca pimpinan perangkat daerah ini sedang membahas “Program 100 Hari Kerja” kepala daerah. Yang saya tahu, program 100 hari itu, sifatnya lebih pada memberi “daya kejut”, trigger dan semacamnya. Dia adalah sampel “sikap” kepala daerah dalam mengenali dan menyelesaikan masalah mendesak dan urgen. Dan kehadiran wali kota Muhammad Sinen di dusun Toe tadi sejatinya adalah program yang “paling” 100 Hari ketimbang yang lainnya.
Saya mengimpikan di “100 Hari Kerja” paket kepemimpinan daerah ini, setidaknya bisa menata beberapa sudut dan memberi citra kota dengan kualitas jalan umum, lalu lintas kota yang nyaman dan perilaku warga yang berciri dan bermental warga kota. Setidaknya, pada beberapa titik di pusat kota, yang terkesan semrawut dan punya potensi lakalantas yang tinggi. Saya pernah menulis khusus tentang kualitas jalan umum rute Rum ke arah pusat kota yang jelek. Tak lama kemudian diperbaiki.
Harus diakui, Muhammad Sinen, sejak lama, punya rekam jejak kepekaan, cepat tanggap dan peduli yang teruji pada kondisi-kondisi emergency yang terjadi. Meski mungkin ada juga hal yang masih perlu didiskusikan dan diberi “bentuk”.
Di penghujung, saat hendak menyudahi tulisan pendek ini, terbaca di judul sebuah link berita, Wali Kota Tidore Berharap Pemprov dan BWS Serius Tangani Jalan Longsor. Otoritas dan lembaga, yang dari segi kewenangan, dianggap paling bertanggungjawab terhadap jalan yang longsor tadi. Ramadan kali ini, semoga menjadi pemantik “berkah” lain bagi sebagian warga kita yang ada di sana. Wallahua’lam. (*)
Tinggalkan Balasan