Tandaseru — Sejak akhir pekan 20 Juli 2024, Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Maluku Utara, menyelenggarakan sosialisasi karya Sastra Satwa di sekolah dasar di Kota Ternate. Kegiatan yang menyasar siswa SD kelas IV sampai dengan VI berlangsung atas inisiasi kerja sama dengan Komunitas Herpetofauna Maluku Utara untuk membuat program sastra puisi dan apresiasi satwa.

Melalui program menggiatkan pemahaman siswa tentang satwa dalam sastra, peserta didik di tingkat SD dikenalkan dengan ragam fauna unik di daerahnya dan cara melestarikannya, karena Maluku Utara merupakan bagian dari titik asal keragaman hayati Wallacea. Dengan ragam hayati yang sangat kaya, di antaranya satwa endemik dan subendemik, tidak banyak diketahui oleh penduduk, atau bahkan sudah mendekati kepunahan. Satwa-satwa tersebut adalah Kadal Lidah Biru (Kadal panana tiliqua gigas), Soa Layar (Hydrosaurus weberi), Boa Halmahera (Candoia paulsoni tasmai), Kuskus Mata Biru, Lebah Raksasa (Giant bee wallacea) dan burung Pita Merah Ternate.

Terdapat lebih dari 300 jenis avifauna yang hidup di wilayah Maluku Utara. Keberadaan keanekaragaman hayati, merupakan unsur penting dalam suatu lingkungan. Untuk menjaga agar masyarakat mengenal dan mampu melestarikan jenis-jenis satwa ini, Agupena Maluku Utara mengusulkan giat Gerakan Sastra Satwa Lestari (GSSL) Maluku Utara sebagai bagian dari mengenal lingkungan dan mengenal dunia satwa dan ekologi yang kaya.

Ketua Aguepena Maluku Utara, Roswita M Aboe, menjelaskan kegiatan ini dikemas dalam program mengenal satwa, sosialisasi ekologi lestari, dan menulis karya sastra puisi tentang fauna.

Program Agupena yang difasilitasi oleh bantuan pemerintah pusat melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra (Pusbanglin), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa ini bertujuan agar siswa dapat mengapresiasi dan menghasilkan karya buku puisi antologi melalui program sastra satwa lestari tentang keanekaragaman hayati Maluku Utara dan bermanfaat untuk:

  1. Meningkatkan apresiasi masyarakat tentang satwa yang sebagian besar sudah mengalami kepunahan
  2. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang ruang hidup atau ekologi fauna yang ada di sekitar
  3. Membuat karya atau kriya sastra satwa lestari tentang potensi keragaman hayati Maluku Utara.