Oleh: Anwar Husen
Kolomnis/Tinggal di Tidore
_______
PELAJARAN tentang makna dan “pernak-pernik” kehidupan ternyata tak selalu datang dari orang-orang yang kita anggap hebat, bahkan mungkin pada sosok yang saban waktu menceramahi kita tentang ketegaran dan optimisme menghadapi kesulitan hidup sekalipun. Sesuatu yang mungkin terasa begitu mudah di ucapkan tetapi belum tentu kita mampu menjalaninya. Apalagi jika ujian hidup itu adalah menahan derita di kala sakit yang menahun.
Saya, khususnya, mendapatkan pelajaran berharga ini tak jauh-jauh amat, bahkan bisa dibilang di “belahan jiwa” kami.
Namanya Sadam Hi Muhammad, dia sepupu saya dari garis bapaknya. Bersama sang adiknya Fadel, mereka diasuh kedua orang tua saya sejak berusia balita hingga kedua orang tua saya berpulang di kediaman kami di kelurahan Gamtufkange, Tidore. Praktis hingga mereka menanjak dewasa. Mereka berdua adalah “pelengkap” keluarga kami, khususnya saya, karena “sendirian” laki-laki, dengan tiga saudara perempuan yang tersisa. Masa kecil buah hati saya, Saffanah dan Dian Shafa, adalah masa-masa “sibuk” Sadam dan Fadel, bercengkerama dan ikut “mengawal” di usia pertumbuhan mereka.
Terlahir di momentum yang dalam lintasan sejarah dikenal dengan Perang Teluk, perang melawan negara Irak di teluk Persia di era 90-an. Sang pemimpin Irak itu seorang presiden hebat bernama Saddam Hussein, sosok pembuat sejarah “langka” di muka bumi, setidaknya hingga saat ini.
Bisa dipastikan, inspirasi namanya dikaitkan dengan sosok pemimpin yang dikagumi sekaligus disegani ini, karena ada kesamaan emosi dan keyakinan. Nama adalah representasi “doa” sekaligus harapan untuk merepresentasi sosok yang jadi idola. Tak hanya dia sendirian, banyak juga “Sadam-sadam” lainnyĆ yang mungkin sama inspirasinya ketika itu.
Sadam, belahan jiwa kami ini, tumbuh dan besar sebagai sosok yang menyukai tantangan, jarang berkeluh kesah dan kuat mengadapi rintangan hidup. Setidaknya, yang bisa diamati hingga jelang akhir hayatnya.
Dia memberi kami pelajaran teramat berharga dalam rumpun keluarga, yang bisa diamati setiap waktu, tak jauh-jauh. Itu istimewanya seorang Sadam.
Tinggalkan Balasan