Tandaseru — Menyambut hari jadi Negara Republik Indonesia ke-76, Sanggar Limau Gapi mengangkat kembali soal napak tilas perjuangan Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah mengusir penjajah dari bumi Ternate, Jumat (6/8).
Teater Waiola Hisa Kolano mengangkat perjuangan Sultan Iskandar yang merupakan respresentasi peristiwa yang terjadi di masa silam.
Teater yang digelar di Kadato Ici Lingkungan Facei Kelurahan Sangaji, Kecamatan Ternate Utara, Maluku Utara, ini menceritakan kembali tentang pengungsian dan penyelamatan Sultan beserta para keluarga dan mahkota Kesultanan Ternate saat invasi Jepang ke tanah Moloku Kieraha yang dilakukan oleh para tetua di Waiola.
Wali Kota Ternate M. Tauhid Soleman yang menghadiri kegiatan tersebut menyampaikan kegiatan ini bagian dari tradisi dan menjaga kebudayaan identitas, juga ke depan bisa dijadikan sebagai daya tarik pariwisata.
Menurutnya, sinergitas gerakan komunitas menjadi bagian dari mitra kerja pemerintah.
“Kegiatan ini bagian dari satu kombinasi antara adat dan kebudayaan yang ada, sebagai bentuk kolaborasi,” tuturnya.
Tauhid juga mengapresiasi Kesultanan Ternate atas kegiatan tersebut.
“Bagaimana kegiatan ini sebagai bentuk dokumentasi untuk menjaga akselerasi kebudayaan yang dirawat hingga hari ini. Ternate ke depan bisa diketahui di dunia, untuk mempromosikan Ternate sebagai bentuk identitas kebudayaan,” lanjutnya.
Dalam pementasan teater, diceritakan pula ketika Sultan diasingkan ke Hiri hingga Morotai.
Teater Waiola Hisa Kolano dibuka dengan instrumen dan pembacaan narasi perjuangan Sultan. Suasana sore yang begitu tenang membuat penonton seakan dibawa ke masa lampau. Seluruh penonton diam tanpa suara.
Teater Waiola memberikan narasi historis dalam pementasan 30 menit itu. Lokasi pementasan teater sendiri merupakan salah satu tempat Sultan dahulu diasingkan.
Sebagian penonton mengeluarkan airmata. Ketika kombinasi instumen seruling dan tifa melantun di lereng Gunung Gamalama itu.
Penulis naskah, Iwan berharap pementasan itu bisa sedikit memberikan informasi tentang cerita Waiola Hisa Kolano.
“Teater ini untuk mengenang perjuangan masyarakat Waiola yang ikut menyelamatkan Sultan ketika dikejar oleh penjajah Jepang pada tahun 1940, dimana para tokoh Waiola ini bersama melindungi Sultan pada saat itu,” tuturnya.
Jadi pementasan ini sebagai bentuk kehormatan komunitas Waiola untuk Sultan Zainal Iskandar Jabir Syah.
“Semoga ini menjadi satu momentum untuk generasi muda untuk lebih menghargai para leluhur dalam memperjuangkan sejarah masa lalu. Terutama dalam pementasan maupun kesenian,” ucapnya.
Di akhir pementasan, tarian Salai Jin menutupi pagelaran. Tarian ini sukses membuat beberapa penonton ikut kerasukan bersama penarinya.
Tinggalkan Balasan