Tandaseru — Komandan Distrik Militer (Kodim) 1514 Pulau Morotai, Maluku Utara, Letkol Arh Masykur Akmal, menjelaskan rencana penggunaan hutan Morotai sebagai lokasi latihan TNI AD.

Masykur bilang, latihan militer tidak akan merusak lingkungan ekosistem hutan Morotai, juga tidak mengganggu aktivitas masyarakat.

“Jadi ini hanya tempat latihan saja, tidak menghancurkan dan merusak. Bukan berarti memotong pohon atau merusak kawasan hutan,” ujar Masykur saat diwawancarai, Kamis (5/6/2025).

Dikatakan, hutan Morotai yang dipilih TNI AD sebagai lokasi latihan telah melalui kesepakatan resmi antara Kementerian Pertahanan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Kesepakatan tersebut juga didasarkan pada kajian mendalam, termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) serta pertimbangan aspek lainnya. Jadi sudah ada riset soal Amdal dan pasti mempertimbangkan semua aspek, termasuk sosial dan ekologis,” jelasnya.

Alasan hutan Morotai dijadikan lokasi latihan, Masykur bilang, karena hutan Morotai sangat strategis dan merupakan daerah terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga, salah satunya adalah negara Filipina dan Kepulauan Palau.

“Ini bagian dari strategi pertahanan negara. Karena posisi Morotai sangat strategis maka ditetapkan sebagai daerah pelatihan. Rencananya juga akan dibentuk satuan batalion sebagai bagian dari penguatan pertahanan wilayah,” terangnya.

Ia menjamin, ketika latihan militer dilaksanakan tidak akan mengganggu pemukiman warga. Pasalnya, telah ditetapkan zona-zona khusus latihan yang jauh dari area kebun masyarakat.

“Penetapan zona ini juga telah disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) demi menghindari risiko kerugian terhadap warga, personel, maupun fasilitas. Zona-zona yang tidak boleh dilewati oleh masyarakat sudah ditetapkan, semua ini mengikuti SOP yang ketat,” terangnya.

“Kita melihat dari RTRW (rencana tata ruang wilayah) Morotai yang sudah kami cek daerah mana saja kawasan lindung, mana yang tidak bisa dan yang bisa dilakukan pelatihan,” tandas Masykur.

Ika Fuji Rahayu
Editor
Irjan Rahaguna
Reporter