Tandaseru – Puluhan pasien positif Covid-19 yang dikarantina di Hotel Sahid Bela Ternate menggelar aksi protes, Senin (22/6) pagi pukul 08.54 WIT. Para pasien mempertanyakan hasil uji spesimen mereka yang memakan waktu hingga berbulan-bulan.

Amatan tandaseru.com, aksi protes tersebut dilakukan dengan membentangkan kertas karton berisi tuntutan mereka. Aksi dilakukan digelar di tengah kegiatan senam pagi rutin pasien di tepi kolam renang hotel.

Di tengah-tengah senam, pasien berhenti dan mulai mengangkat spanduk yang tampaknya telah disiapkan sebelumnya. Tak hanya itu, pasien yang senam dari balkon kamar hotel juga melakukan hal yang sama.

SJ, salah satu pasien positif Covid-19 asal Kelurahan Akehuda, Ternate Utara mengungkapkan, sudah sebulan lebih ia dan pasien lain mempertanyakan hasil swab test follow up mereka. SJ diambil spesimennya pada 17 Mei namun baru 18 Juni hasilnya keluar.

“Kami meminta transparansi terkait swab test,” ungkapnya dalam orasinya.

SJ juga meminta petugas medis di Hotel Sahid menyosialisasikan hasil swab terhadap pasien. Dengan begitu pasien dapat lebih memahami hasil uji spesimen mereka.

Hal senada juga disampaikan Y, pasien positif lain. Y bilang, ia diambil spesimennya pada 9 Mei dan baru tanggal 13 Juni hasilnya keluar dimana ia dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

“Kami menunggu hasil keluar itu sangat lama. Kami juga jenuh, karena test swab itu terlalu lama,” kesalnya.

Dia juga mempertanyakan kemungkinan pasien melakukan tes mandiri jika tes cepat molekuler (TCM) di RSUD Chasan Boesoirie memakan waktu terlalu lama.

Keluhan yang sama disampaikan F. Tak hanya itu, F juga menyentil makanan untuk pasien yang sering terlambat diberikan, melebihi jam makan.

“Adapun jam makan yang telat. Jangan-jangan kita ini bukan pasien Covid-19 tapi malah jadi depresi. Lama-lama kami bisa gangguan jiwa,” ungkapnya.

Ia mengaku telah dikarantina hampir 2 bulan lamanya. Protokol kesehatan selalu dijalankan, begitu pula pasien lainnya. Namun hingga kini tak ada kejelasan kapan hasil swab mereka bisa diumumkan.

Dokter Penanggungjawab (DPJP) Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku Utara, dr. Dwi Handoko, Sp.P yang tengah berada di Sahid pun menjawab keluhan para pasien tersebut. Handoko mengungkapkan, pemeriksaan spesimen di laboratorium membutuhkan waktu lantaran fasilitas pemeriksaan yang terbatas dibandingkan jumlah pasien yang harus diuji spesimennya.

“Selain itu, ada yang (karantina) 14 hari baru diperiksa, ada yang 20 hari. Ini merupakan kendala  yang kami hadapi karema laboratorimun yang jauh,” terangnya.

Satu-satunya dokter spesialis paru di Kota Ternate itu menyatakan, tenaga medis pun mengalami rasa jenuh yang sama dengan pasien. Bahkan mereka juga merasa kelelahan lantaran jumlah pasien yang terus bertambah.

“Namun kami tetap memberikan yang terbaik untuk Maluku Utara. Dan hari ini bakal ada dua pasien positif yang sembuh,” terang Handoko.

Dia menambahkan, pasien harus dikarantina di lokasi karantina lantaran karantina mandiri di rumah dikhawatirkan tidak efektif. Karena itu, ia meminta pasien untuk bersabar.

“Jika karantina di rumah takutnya tidak maksimal, dan malah wabah ini tidak pernah berakhir,” tandasnya.

Setelah mendapat penjelasan dari dr. Handoko, para pasien sempat mendengarkan wejangan dari Kepala Dinas Kesehatan Malut, dr. Idhar Sidi Umar. Idhar juga meminta maaf pada pasien jika masih ada pelayanan yang dirasa kurang memuaskan.

“Kami juga sampaikan terima kasih kepada dr. Handoko dan semua perawat yang hingga saat ini masih konsisten merawat pasien,” pungkasnya.

Pasien kemudian membubarkan diri dan kembali ke kamar masing-masing usai berbicara dengan Kadinkes Malut.