Tandaseru — Sekolah Dasar (SD) Negeri 69 Kota Ternate, Maluku Utara menjadi sekolah pertama yang melaksanakan aktivitas belajar mengajar tatap muka di Kota Ternate di tengah pandemi Covid-19. Pembukaan sekolah ini didasarkan pada kesepakatan pihak sekolah dan orang tua murid.
Kepala Sekolah SD 69 Arways Saadu mengungkapkan, sekolah tersebut beraktivitas kembali sejak Senin (10/8). Sebelumnya, pihak sekolah telah mengadakan rapat bersama orang tua Rabu (5/8) pekan lalu.
Dalam rapat tersebut, para orang tua setuju siswa disekolahkan kembali dengan shift belajar.
“Jadi sejak hari Senin kemarin sekolah sudah mulai diuji coba buka kembali dengan menggunakan shift, sehingga yang hadir bisa terpantau dan terawasi oleh guru-guru,” jelas Arways, Rabu (12/8).
Shift dilakukan dengan pembagian kelas pada Senin, Selasa dan Rabu diisi oleh siswa kelas 1, 3 dan 5 sedangkan hari Kamis, Jumat, Sabtu oleh kelas 2, 4, dan 6. Dalam satu kelas dibagi dua shift juga sehingga jumlah siswa per kelas hanya 13 orang saja.
Sedangkan untuk mata pelajaran, hanya dua mata pelajaran diajarkan dalam tiap tatap muka.
“Saya juga sebenarnya belum berani membuka sekolah, namun sesuai kesepakatan bersama orang tua murid yang setuju sekolah dibuka lagi makanya saya coba buka dengan metode seperti itu. Namun tetap diawasi,” ungkap Arways.
Arways mengaku masih diliputi kecemasan di tengah pandemi ini. Pasalnya, ia dan para guru harus ekstra ketat mengawasi siswa.
Mulai dari tiba di sekolah, siswa sudah harus menerapkan protokol kesehatan berupa pemakaian masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan menjaga jarak.
Arways bilang, hal itu cukup menjadi beban tambahan bagi pengajar. Sebab di lapangan, anak-anak tidak semudah itu diarahkan dan dikontrol.
“Yang namanya anak-anak ini sulit juga diarahkan. Biar dilarang jangan berkerumun atau disuruh jaga jarak tetap saja mereka ketika bertemu teman-teman di saat jam istirahat pasti ada kerumunan, dan inilah yang jadi beban buat kami yang harus ekstra ketat dalam pengawasan,” ujarnya.
Dila, salah satu orang tua siswa mengaku antusias dengan pembukaan sekolah kembali. Pasalnya, sudah enam bulan anak-anak harus belajar di rumah.
Menurut Dila, metode daring sangat bagus dilakukan, apalagi saat pandemi COVID-19. Namun pada praktiknya metode tersebut tidak efektif membuat anak konsentrasi belajar. Selain itu, terlalu lama belajar di rumah juga bisa menimbulkan kejenuhan bagi anak.
“Enam bulan lama sekali, dan belajar dengan daring juga tidak efektif sebab anak harus belajar dari rumah. Dan kita orang tua juga punya kesibukan mengurus rumah dan lainnya, lalu kita juga harus temani anak belajar. Makanya dengan adanya tatap muka saya sangat antusias karena bagi saya belajar setiap hari saja anak-anak masih banyak yang bingung dengan pelajaran yang diberikan, apalagi ini yang sudah enam bulan tidak sekolah sama sekali,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan