“Pasca kematian suami, para istri harus bisa bangkit dari keterpurukan untuk menghadapi permasalahan ekonomi. Inilah yang disebut sebagai resiliensi,” kata Syaiful.
Ia menegaskan bahwa resiliensi merupakan proses penting dalam pemulihan diri setelah kehilangan pasangan. Menurutnya, resiliensi dimulai dari proses kedukaan yang mencapai puncak pada fase resolusi. Fase ini menjadi titik awal bagi individu untuk memulai kembali hidup mereka dengan pandangan yang lebih positif terhadap perubahan yang terjadi setelah kehilangan pasangan.
“Resiliensi membantu seseorang untuk memandang kehidupan sebagai sebuah kemajuan, meskipun ada perubahan dan tantangan yang harus dihadapi. Pola pikir yang terbentuk memungkinkan individu mencari pengalaman baru dan bersikap positif terhadap perbedaan kehidupan setelah kehilangan pasangan,” tambah Syaiful.
“Proses resiliensi yang baik diharapkan dapat membantu para istri yang kehilangan pasangan untuk bangkit, sehingga dapat melanjutkan hidup dengan lebih optimis dan kuat demi masa depan mereka dan anak-anak,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan