“Beginilah kondisi terminal di Buli. Jadi torang (kami) sopir tunggu penumpang di sini,” ungkap Alan (38 tahun) salah satu sopir mobil lintas Halmahera.

 

Kota Buli yang menjadi tempat berdirinya kantor PT Aneka Tambang Tbk pun tidak memiliki taman terbuka hijau atau ruang publik. Bahkan, pohon tepi jalan untuk penghijauan sangat jarang dijumpai.

 

Padahal menurut data BPS Maluku Utara, potensi nikel yang dimiliki Halmahera Timur menjadikan daerah ini salah satu yang ikut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yang cukup signifikan terutama pada tahun 2021 dan 2022.

 

Ekonomi Maluku Utara tahun 2018 tumbuh 7,92 persen, tahun 2019 tumbuh 6,13 persen, tahun 2020 tumbuh 4,92 persen, tahun 2021 tumbuh 16,79 persen, dan tahun 2022 melesat naik 22,94 persen.

Infografis persentase pertumbuhan ekonomi Maluku Utara Tahun 2018-2022.(Desain Grafis: Ardian Sangaji)

Angka Penduduk Miskin Tertinggi

Kehadiran perusahaan-perusahaan tambang di Teluk Buli nampaknya juga memberi dampak buruk bagi perekonomian masyarakat pesisir di kawasan ini. Terutama bagi yang berprofesi sebagai nelayan.

 

Seperti yang dirasakan Adam Muzakir (39 tahun). Nelayan yang juga pemilik bagan ikan teri ini mengaku, hasil tangkap nelayan menurun drastis semenjak adanya pertambangan nikel di Teluk Buli.