“Cerita ini akan terus diwariskan ke generasi selanjutnya. Apalagi, banyak generasi muda Weda yang tidak biasa berbahasa Weda, gimana dengan asal usul kampung,” tandasnya.
Kepala Disbudpar Salmun Saha menuturkan, FGD ini menjadi langkah awal bagaimana menghidupkan kembali jejak-jejak kebudayaan kampung Were, sehingga generasi muda ke depan bisa mengetahui pasti budaya tanah kelahiran mereka.
“Dulu kita masih mendengar para tetua-tetua bercerita mengenai tradisi budaya dan asal usul. Tapi jujur saja, generasi saat ini tidak lagi mendengar kisah di daerah masing-masing,” ucap Salmun.
Untuk tetap menjaga tradisi, budaya dan sejarah agar tidak terputus, maka pihaknya mencoba mengangkatnya dalam satu konsep di Festival Fagogoru di Desember mendatang.
“Cerita ini akan kami dokumentasikan menjadi buku cerita dan akan dijadikan itu sebagai muatan lokal untuk siswa-siswa kita yang ada di sekolah,” ungkapnya.
“Saya berharap bapak dan ibu dapat memberikan informasi yang dapat bapak ibu tau, sehingga menambah bobot dari dari apa yang kita bicarakan,” harapnya.
Sementara Ketua IAGI Malut Abdul Kadir D Arif mengatakan, langkah yang dilakukan Disbudpar Halteng sangat tepat sebagai terpenting untuk terus merawat dan melestarikan budaya leluhur.
Tinggalkan Balasan