Oleh: Sofyan A. Togubu

Penggiat Literasi

_________

Sore hari, di depan teras kos-kosan. Sedang menunggu langit jingga, sambil mengunyah kue bilolo ditemani kopi hitam. Kue yang tak jarang ditemui di Kota Tidore dan Ternate saat lebaran.

Tak diduga, gawai milik saya berbunyi, nama muncul adalah Zainuddin M. Arie atau Ayah Arie sapaan akrab di kalangan penggiat sastra di Maluku Utara. Ia lantas menanyakan kabar, karena biasanya di tahun-tahun sebelumnya di momen lebaran saya sering bertandang ke rumahnya di jalan bola seputaran Koloncucu.

Kali ini, saking sibuknya bersilaturahmi dengan keluarga di momen lebaran, saya pun lupa berkunjung ke rumahnya. Namun setelah berinteraksi lewat telepon, saya pun memutuskan bersilaturahmi langsung dengan sosok yang dikenal sebagai pekerja seni dan banyak menghasilkan karya sastra bernuansa religius dibalut dengan budaya berupa puisi dan naskah teater. Bahkan karya teaternya sudah dipentaskan pada beberapa event bergengsi di Kota Ternate.

Sesampai di kediamannya, saya dibuat takjub lantaran banyak buku ditata di atas meja salah satu karya mandirinya berjudul “Alif, Alam Ma-Kolano” berupa kumpulan puisi berlatar Maluku Utara, dengan nuansa religi kultural yang sangat kuat cukup menarik perhatian saya. Tidak hanya itu, ada satu majalah menggeletak begitu saja di atas meja.

Rasa penasaran menggebu, memaksa untuk membaca tulisan dari “Majalah Tabir” tersebut. Dari majalah itu, banyak informasi penting bahkan bisa dikatakan rahasia dari sang penggila sastra dan budaya kelahiran Ternate, 3 Maret 1959 yang sedikit diketahui orang lantaran wataknya tertutup dalam mengekspos diri.