Risiko dari pecahnya bambu (kam)-nya Ahmad Ishak, akhirnya kami berdua sepakat kalau bambu air saya lah yang nanti dia bawa ke rumah neneknya.
Kami berpisah sejak saya lulus SD di Tongowai kemudian pindah masuk SMP di Ternate. Sampai saya kuliah di Jakarta baru kami ketemu lagi tahun 2021 setelah 20 tahun lebih tidak ketemu.
Ada kesan yang menarik saat saya dengan almarhum Ahmad Ishak ketemu tahun 2021 karena saat itu almarhum sudah menjadi Anggota DPRD dan saya sebagai Staf Khusus Ketua MPR RI. Pertemuan kami siang itu tanpa disengaja. Kemudian kami berdua berjalan sampai malam saya nginap berdua di hotelnya sambil melanjutkan cerita-cerita masa lalu dan melepas kangen dan rindu selama 20-an tahun lebih tak bertemu.
Ketika saya menyatakan sikap maju sebagai Wali Kota Tidore, almarhum Ahmad Ishak menelepon saya dan menanyakan apakah saya serius maju sebagai calon Wali Kota Tidore? Saya menjawab serius dan beliau menjawab jalankan saja konsolidasi nanti kita lihat bagaimana dinamika politik ke depan.
Saya kemudian menjawab bahwa inshaa Allah kalau Allah izinkan saya ingin PDIP. Almarhum menjawab silakan saja karena PDIP kan milik rakyat Indonesia, bukan hanya milik pengurus partai.
Tinggalkan Balasan