Banda Naira dan Jejaknya

Kepulauan Banda Naira yang terpencil ini selama dari 500 tahun sangat besar peranannya dalam perdagangan dunia. Pala sudah beredar di Eropa sejak zaman Romawi melalui Samudera Pasai yang terkenal dengan nama perfume (minyak wangi) dan rempah-rempah (Aceh-Sumatera). Kepulauan Banda Naira inilah yang mendorong Raja Portugal memerintahkan Colombus menemukan kepulauan tersebut di sebelah barat, kerena sebelumnya Portugis telah mencarinya dari tiga arah lainnya tetapi tidak berhasil menemukan kepulauan tersebut.

Vasco da Gama sebenarnya sedang dalam pelayaran menuju Kepulauan Banda Naira, ketia ia mengitari Tanjung Harapan. Hal yang sama ketika Ferdinand Magellan sebelum mengitari dunia, pernah menjadi wakil kapal portugis yang pertama kali masuk di Banda Naira pada tahun 152 di bawah Kapitan d’Abaru dan Serrao. Sedangkan Leonard Y. Andaya menyebutkan, ketika orang-orang Portugal pertama kali tiba di India pada 1498 di bawah kepemimpinan Vasco da Gama, mereka datang dengan padangan yang mantap tentang apa yang mereka temukan.

Bahwa pandangan Eropa tentang Timur, awalnya bangsa Eropa Barat modern tentang bangsa lain dan kebudayaan yang berkembang dalam jangka waktu lama bermula dari Yunani Kuno. Seperti banyak budaya lain, bangsa Yunani mempunyai banyak gagasan mengenai evolusi penduduk dan peradaban. Salah satu dari hal tersebut adalah perkembangan budaya berevolusi dalam tahap dari zaman primitif di masa lalu yang berliku sampai peradaban masa kini di mana penduduk hidup di kota.

Pandangan lokal juga tentang sebuah dunia bersatu yang dikenal sebagai Maluku  adalah anggapan dasar yang membangun sejarah wilayah ini di awal zaman modern. Bangsa Portugal pada awal abad XVI mencatat tradisi-tradisi yang menekankan pada bentuk kesatuan ini, dan hampir 300 tahun kemudian bangsa Belanda merasakan  konsekuensinya karena menghindari tradisi semacam itu. Bagi bangsa Eropa, nama Maluku itu sendiri tak dapat dimengerti, apalagi pandangan dari kesatuan yang meliputi wilayah yang luas dan beraneka ragam.

Menjelang abad ke-16, pala yang menjadi hasil utama Kepulauan Banda Naira merupakan komoditas dunia yang dicari orang Eropa. Kepulauan Banda Naira adalah satu-satunya penghasil komoditas tersebut. Orang Eropa berupaya menemukan kepulauan yang menghasilkan pala namun ekspeidisi selalu gagal dirundung ketidakberhasilan.

Penjelajah Portugis, Laksamana Alfonso d’Albulquerque berangkat dari Portugal. Setibanya di Mozambique, Alfonso d’Albulquerque yang berupaya menemukan kepulauan rempah-rempah itu mengirim laporan kepada Raja Portugal bahwa informasi ada orang Mozambique yang dapat menjadi pemandu mereka ke Malaka di Asia. Setelah menduduki Malaka kurang lebih 3 bulan, pada November 1511  Albuquerque mengirimkan dua kapalnya untuk menemukan Kepulauan Banda Naira. Kedua kapal itu masing-masing dipimpin oleh Antonio de Abrue dan Fransisco Serrao, berlayar ke Maluku dengan dipandu oleh seorang nakhoda melayu bernama Ismail yang berada di Malaka.