Tandaseru – Sejak pasien pertama Covid-19 terdeteksi di Maluku Utara 23 Maret 2020, jumlah kasus positif meningkat signifikan hanya dalam dua bulan terakhir.
Per Kamis (21/5), kasus positif sudah menyentuh angka 96, dimana 12 diantaranya telah dinyatakan sembuh.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) RORANO Maluku Utara pun bergerak mengeluarkan sejumlah rekomendasi agar Pemerintah Daerah tak menganggap remeh penyebaran Covid-19.
Dalam keterangan tertulisnya Direktur LSM RORANO, M. Asghar Saleh menyatakan, secara umum ada beberapa indikator yang menyebabkan kenaikan jumlah kasus positif. Yakni tidak adanya skema pembatasan sosial secara masif dan terukur, minimnya kesadaran warga untuk menegakkan protokol kesehatan, masih terbukanya pintu kedatangan serta tidak tersedianya fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai untuk mendeteksi penyebaran Covid-19.
“Dari data sebaran beberapa kelompok seperti Isolasi Mandiri yang kemudian berubah menjadi Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) hingga kasus positif dan sembuh sesuai data Gugus Tugas Provinsi Maluku Utara maka dapat dilihat beberapa perkembangan kasus di Kabupaten dan Kota yang relatif mengalami ketidaksamaan dalam jumlah OTG, ODP, PDP, Konfirmasi Positif maupun Kesembuhan. Di beberapa kabupaten/kota lain trennya sempat naik di awal April namun stagnan dan cenderung menurun hingga bulan Mei. Kasus konfirmasi positif juga sebagain besar terjadi di akhir April dan bulan Mei, termasuk Sula,” tuturnya.
“Jika melihat tren OTG, ODP dan PDP dalam dua bulan ini maka dapat disimpulkan bahwa sangat mungkin jumlah kasus di kabupaten/kota yang lain tak akan bertambah secara signifikan dalam jumlah yang besar. Kalaupun terjadi maka penambahan kasus relatif kecil. Ini terjadi karena sejak awal beberapa kabupaten dan kota konsisten menjaga dan memeriksa pintu masuk. Jika ada yang diduga bermasalah akan diisolasi dan di-rapid test, tracking yang dilakukan berperan besar memutus mata rantai penularan. Ini bisa dilihat dari tren Tidore, Halmahera Utara, Morotai dan kabupaten lain yang relatif ‘aman’ sepanjang bulan Mei. Pada daerah-daerah itu juga tidak terjadi transmisi lokal. Nah, catatan pentingnya, penjagaan pintu masuk tetap diperketat pasca karantina di setiap wilayah untuk mengatisipasi kedatangan orang dari Ternate,” sambung Asghar.
Berbeda dengan kabupaten/kota lain, khusus Ternate pada bulan April, grafik perkembangan OTG dimulai dari jumlah 36 0rang. Dalam periode satu bulan berubah drastis menjadi 256 orang. Kenaikan ini umumnya dikontribusi oleh kedatangan orang dari daerah wabah.
Namun ada fakta menarik karena sejak tanggal 24 April 2020 saat Bandara Babullah dan Pelabuhan A. Yani Ternate ditutup sesuai keputusan Menteri Perhubungan, jumlah OTG justu naik hampir dua kali lipat.
Fakta ini menunjukan adanya tracking masif yang berkaitan dengan kontak kasus positif di Ternate.
“Demikian pula dengan grafik ODP yang sempat naik dari 31 orang di tanggal 1 April, naik menjadi 83 orang ditanggal 20 April. ODP sempat turun tajam pada tanggal 21 April sebelum mengalami kenaikan hingga 92 orang di tanggal 30 April. Tren OTG dan ODP memiliki kesamaan. Sedangkan jumlah PDP relatif stabil meski mengalami beberapa fluktuasi sejak awal bulan hingga tanggal 30 April dimana angka tertinggi terjadi pada tanggal 26 April dengan 12 PDP,” jabar Asghar.
Untuk kasus konfirmasi positif, angkanya stabil dengan 1 kasus menjadi 2 kasus hingga tanggal 21 April. Sejak tanggal 22 April, jumlah kasus positif melonjak jadi 7 lalu naik 10 dan menjadi 20 kasus pada tanggal 30 April. Di sisi lain, jumlah sembuh untuk Ternate sepanjang April hanya dua orang.
“Ini menunjukkan bahwa penambahan kasus seluruhnya terjadi karena imported case atau adanya carrier yang datang dari luar Ternate. Fakta ini terkonfirmasi dengan banyaknya kluster yang masuk ke Ternate antara lain Dorolonda, Gowa, Bandung dan Temboro,” ungkap Asghar yang juga mantan Anggota DPRD Kota Ternate ini.

Memasuki bulan Mei, tren kasus di Ternate mengalami perubahan yang signifikan. Jumlah OTG terus meningkat jadi 382 orang hingga tanggal 15 Mei. Demikian juga dengan ODP yang relatif konstan pada angka 95 orang.
Kenaikan ini terjadi karena meningkatnya hasil tracking dari kontak positif. Apalagi di Ternate sudah ada kluster lokal yakni Akehuda dengan 8 kasus yang merupakan transmisi lokal. Angka PDP juga relatif dengan jumlah tertinggi pada tanggal 12 Mei sebanyak 19 orang.
“Jika dikomparasikan dengan jumlah kasus positif maka kenaikan sepanjang bulan Mei sangat eksponensial. Dari 20 kasus positif di akhir bulan April naik lebih dari 100 % menjadi 56 kasus pada tanggal 21 Mei. Naik sebanyak 36 kasus, mayoritas adalah transmisi lokal. Ada puluhan orang yang reaktif rapid test yang belum menjalani pemeriksaan swab test. Ada juga satu kematian di Ternate yang terkonfirmasi positif Covid19. Sedangkan kasus yang dinyatakan sembuh sebanyak 6 orang,” jabar Asghar.
Asghar bilang, jika situasi ini tidak disertai tindakan nyata sesuai protokol kesehatan yang sudah direkomendasikan secara nasional, terutama melihat maraknya pasar dan mal jelang Lebaran serta tradisi Lebaran yang saling mengunjungi, besar kemungkinan jumlah kasus di Ternate bisa bertambah. Apalagi dalam seminggu terakhir sosial distancing, physical distancing dan pemakaian masker mengalami penurunan justru saat transmisi lokal terjadi.
“RORANO berharap ada tindakan serius. Bukan menunggu karena kondisinya darurat. Sudah saatnya dibuat zonasi pengamanan untuk kecamatan yang belum ada kasus seperti Ternate Barat, Pulau Ternate, Moti, Hiri dan Batang Dua. Perketat penjagaan di pintu masuk batas wilayah. Tingkatkan skrining tanpa kecuali untuk aktifitas siang hari. Periksa suhu tubuh di pintu masuk. Jika suhu tinggi disarankan dikarantina mandiri dengan pengawasan sebelum dirujuk ke layanan kesehatan jika tak mengalami perubahan. Berlakukan jam malam mulai pukul 22.00 WIT dimana tak ada lagi lalu lintas kecuali untuk darurat kesehatan. Setiap orang yang masuk baik pendatang maupun penduduk lokal wajib masker,” terang Asghar.
Untuk kelurahan-kelurahan di Ternate Utara, Tengah dan Selatan yang belum ada warganya yang positif bisa ‘mengisolasi’ kelurahan dengan karantina wilayah.
Untuk kelurahan yang sudah ada kasus positif, skemanya bisa dengan pemeriksaan rapid test secara massal. Penegakan diagnostik yang berbasis pada hasil tracking harus segera dilakukan.
Asghar menegaskan, RORANO memiliki setidaknya 9 poin rekomendasi untuk Wali Kota Ternate. Pertama, pertegas pembatasan sosial dengan penerapan karantina wilayah, penegakan sosial dan physical distancing dan perketat kewajiban menggunakan masker. Kedua, lakukan rapid test massal di beberapa kelurahan yang angka kasusnya cenderung bertambah karena transmisi lokal
“Ketiga, rekrut dan latih tenaga untuk membantu pelaksanaan rapid test karena tak mungkin hanya mengandalkan Labkesda Bahari Berkesan. Sebaiknya pelaksanaan rapid test disebar ke Puskesmas yang ada. Keempat, rekrut dan latih tenaga surveilans. Fakta bahwa satu Puskesmas hanya memiliki satu orang surveilans sangat riskan. Satu surveilans harus mendata sebaran orang di beberapa kelurahan sangat tidak berimbang dan memperlambat percepatan penanganan,” tuturnya.
Kelima, segera siapkan tempat karantina tambahan karena lonjakan kasus terus meningkat setiap hari. Jika harus isolasi mandiri maka pilihan ini harus disertai kepastian tempat dalam rumah warga yang safety serta diawasi secara rutin agar tidak orang yang diisolasi tidak beraktivitas di luar rumah.
Keenam, berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Maluku Utara terkait fasilitas perawatan di RSUD Chasan Boesoirie agar siap saat lonjakan kasus terjadi. Ketujuh, menyiapkan SOP pemulasaran jenazah dan personel yang terlatih termasuk menyiapkan lahan pemakaman yang siap digunakan.
“Kedelapan, jika ada tindakan real (bukan kebijakan) yang dilakukan untuk menghadapi pandemi ini, mohon dipublikasikan lewat berbagai media maupun media sosial. Ada banyak kegiatan yang sudah dilakukan tetapi yang sampai ke masyarakat hanya pengumuman kenaikan kasus positif. Model komunikasi publik yang baik akan sangat membantu meningkatkan kepercayaan dan solidaritas masyarakat. Dan kesembilan, kami memohon masyarakat agar tetap mengkuti semua protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah selama merayakan Lebaran Idul Fitri 1441 H sehingga penularan virus dapat dibatasi,” tandas Asghar.
Tinggalkan Balasan