Tandaseru — Setidaknya 50 warga Kelurahan Akehuda, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara menjalani rapid test massal, Minggu (17/5). Langkah ini diinisiasi kelompok pemuda Gaco Akehuda setelah 8 warga Akehuda dinyatakan positif terpapar Covid-19. Tracking hingga isolasi terhadap warga reaktif dilakukan secara mandiri lantaran Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Ternate dinilai lamban merespons permintaan rapid test mereka.

Chalid, salah satu pemuda Akehuda mengungkapkan, 8 warga yang positif Covid-19 merupakan kawan dekat dan kerabat mereka. Kontak erat sering mereka lakukan sebelum para pasien diisolasi di RSUD Chasan Boesoirie dan Hotel Sahid Bela Ternate.

“Satu teman kami yang positif itu rumahnya jadi tempat kumpul anak-anak muda. Dia dan papanya positif,” ungkap Chalid saat diwawancarai tandaseru.com.

Menurut Chalid, ayah-anak itu tak melakukan perjalanan dari luar daerah. Namun sang ayah bekerja di Bandara Babullah. Kuat dugaan, di situlah ia terpapar.

Seringnya kontak yang dilakukan dengan pasien positif membuat Chalid dan teman-temannya berinisiatif menjalani rapid test. Ini untuk mengetahui kondisi awal masing-masing orang yang berstatus orang tanpa gejala (OTG) tersebut.

“Sebelumnya saya juga anggota Satgas Covid-19 Kelurahan. Jadi kami tracking teman-teman siapa saja yang sudah kontak dengan pasien positif,” tuturnya.

Hasil tracking saat itu, setidaknya ada 42 orang yang pernah kontak erat dengan pasien. Sayangnya, membujuk orang-orang untuk menjalani rapid test bukan perkara mudah.

“Susah sekali yakinkan mereka untuk rapid test. Sebagian besar takut, karena ada stigma negatif terhadap pasien Covid-19 dan keluarga. Teman saya yang positif itu ibunya dijauhi tetangga. Ibunya sampai datang nangis-nangis ke kami. Ibunya tinggal di Sango. Kalau datang ke Akehuda dan mau pulang Sango tidak ada orang yang mau antar,” cerita Chalid.

Chalid pun harus bekerja ekstra keras meyakinkan teman-temannya untuk mau menjalani rapid test. Begitu mereka akhirnya mau, Chalid menyampaikan ke WhatsApp Group Satgas Covid-19 data orang-orang yang akan menjalani rapid test.

Sayangnya, data itu bocor ke publik.

“Susah-susah saya bujuk mereka untuk rapid test, ada oknum yang membocorkan data ke luar Satgas. Saya kecewa sekali. Akhirnya saya putuskan undur diri dari Satgas,” beber Chalid.

Setelah melengkapi data, Chalid menghubungi Gugus Tugas Penanganan Covid-19 untuk rapid test. Ia begitu khawatir lantaran Akehuda menjadi kelurahan yang punya kasus positif Covid-19 terbanyak di Ternate. Rata-rata merupakan transmisi lokal.

#DataTerbaruKasusCorona Maluku Utara Per Sabtu (16/5). (Tandaseru/Hariyanto Teng)

“Tapi permintaan untuk rapid test digantung tim Gugus terlalu lama. Padahal virus ini menyebar cepat sekali,” ucapnya.

Chalid pun menghubungi langsung Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Ternate, tempat orang bisa menjalani rapid test. Dibantu bidan kelurahan yang kenal Kepala Labkesda, warga Akehuda ini akhirnya diberi jadwal rapid test hari ini.

“Awalnya kami anak-anak muda yang tes, gratis. Tiba-tiba orang tua banyak yang datang. Katanya dapat info kami ikut tes jadi mereka juga datang. Ada sekitar 50 orang yang tes hari ini,” papar Chalid.

Hasil sementara rapid test massal  itu, 4 warga dinyatakan reaktif. Chalid bilang, mereka yang reaktif akan diisolasi mandiri di rumah masing-masing untuk sementara waktu.

“Termasuk adik saya juga reaktif. Harusnya koordinasi dengan Gugus untuk pastikan tindakan selanjutnya. Tapi sudah malas berurusan dengan Gugus,” akunya.

Chalid menegaskan, semua pihak harus ikut terlibat memutus penyebaran COVID-19. Ia menyaksikan sendiri bagaimana COVID-19 nyaris merenggut nyawa ayah sahabatnya, sementara si ibu didiskriminasi warga sekitar.

“Andai ngoni (kalian, red) tahu bagaimana papanya lewati masa kritis sampai bisa dipindah isolasi di Sahid. Bagaimana mamanya didiskriminasi tetangganya sendiri. Datang nangis-nangis cerita ke torang (kami, red),” kata Chalid dengan suara serak menahan tangis.

“Saya sudah tegaskan ke teman-teman, semua pasien positif tidak akan dijauhi. Siapapun yang positif, torang tetap berjuang sama-sama. Torang berperang bukan cuma lawan virus, tapi juga stigma negatif,” tegasnya.