Oleh: Grizh Madjid
Anak Muda Makeang

_______
RASANYA enteng saya menulis tentang Hamdan Halil. Kami lama bersahabat sejak di Ternate hingga sama-sama menempuh studi di kampus Jentera Law School, Jakarta. Meski sebagai teman dekat, saya tidak menaruh trust begitu saja, karena ada hal prinsip yang perlu saya ketahui. Apakah ia layak dipilih sebagai wakil rakyat di tiga wilayah (Dapil Tiga): Halmahera Tengah, Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan?

Menuju Puncak Gosale

Saya mau memulai plot tulisan ini dengan bercerita. Bahwa kami pernah terlibat dalam beberapa aksi nasional di Jakarta, mulai penolakan atas revisi Undang-undang KPK hingga pengesahan RUU Omnibus Law di Senayan. Terakhir kami berdua menjadi orator, tepat 11 April 2022. Di situ, saya melihat Hamdan cukup berani di lapangan aksi.

Kami bergantian orasi sepanjang jalan hingga di gerbang utama Gedung Senayan. Saat itu hujan mengguyur deras. Semua demonstran tak membubarkan diri, hingga menjelang magrib. Sekitar pukul 19 WIB, kami kemudian pulang menuju daerah Buncit, Jakarta Selatan. Hari itu Jakarta mencekam. Intelijen di mana-mana. Banyak mahasiswa ditangkap.

Tapi pertemuan demi pertemuan tidak sebatas momentum aksi. Bersama teman-teman lain, kami intens berdiskusi hingga larut malam di kedai-kedai kopi di bilangan Jakarta Pusat. Kebetulan tempat tinggal kami berjauhan, setelah diskusi, kadang saya diajak menginap di kontrakan mahasiswa sekampungnya di Jl. Murtado Salemba, tempat tinggal Hamdan. Kadang saya mampir istirahat di Jalan Diponegoro, Menteng.

Suatu hari Hamdan menyampaikan ke saya perihal pencalonannya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Forum Mahasiswa Maluku Utara (PB Formalut). Ia pun akhirnya terpilih sesuai hasil musyawarah. Sebagai Ketua Umum PB Formalut, Hamdan berhasil menyatukan semua komponen mahasiswa Maluku Utara di Jakarta, mulai dari ujung Kepulauan Sula hingga Pulau Morotai. Terlebih mengangkat soal isu-isu lingkungan, HAM, masyarakat adat, kepentingan buruh, dan seabrek problem lain di Maluku Utara untuk menjadi isu nasional.

Sebagai aktivis, Hamdan punya idealisme dan cukup heroik. Bukan laksana tong kosong nyari bunyinya. Sejauh persahabatan kami, dirinya tidak pernah lupa janji. Gagasan-gagasannya sangat bernas, terutama tentang masa depan Maluku Utara. Dia adalah aktivis yang tidak pernah menghamba pada kekuasaan, tidak pernah absen di jalanan kalau itu menyangkut kepentingan para buruh, tani, nelayan, dan kelompok-kelompok yang termarginalkan.