Tandaseru — Abrasi pantai terus terjadi di kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Hal ini mengakibatkan pengikisan dan kerusakan tanah di wilayah pesisir makin parah.
Salah satu penyebab abrasi karena ulah manusia yang melakukan pengambilan pasir liar di pesisir pantai.
Pantauan tandaseru.com, Rabu (14/5/2025), abrasi pantai terus terjadi di enam kecamatan Pulau Morotai sejak tahun 2019. Desa-desa yang terkena dampak abrasi antara lain Juanga, Totodoku, Joubela, Sabala, Daeo Cucububu, Sambiki Baru, Sambiki Tua, Gamlamo, Sangowo, dan Mira.
Arif, salah satu warga di kecamatan Morotai Timur, mengungkapkan abrasi pantai terjadi sudah lama, mulai dari Tanjung Pinang hingga di desa-desa.
“Tepi pantai mulai tergusur, terus pohon-pohon mulai pohon kelapa di tepi pantai banyak roboh, karena mungkin pengambilan pasir itu,” katanya.
Senada, Rinto, warga Morotai Selatan menyampaikan pesisir pantai antara desa Daeo dan Sabala mengalami abrasi pantai yang cukup parah. Pasalnya di lokasi jembatan Sabala sering terdapat aktivitas pengambilan pasir menggunakan dump truck.
“Jadi, karena pengambilan pasir itu membuat ketidakseimbangan akan membuat gelombang laut lebih mudah mengarah menuju pesisir pantai sehingga mudah terjadi abrasi,” ujarnya.
Menurutnya, eksploitasi sumber daya laut sebisa mungkin harus dikurangi agar tidak memperparah abrasi.
“Karena pasir pantai yang diambil secara besar-besaran akan membuat pasir pantai berkurang sangat cepat, sehingga gelombang laut akan mudah menghantam daerah pesisir pantai. Kasusnya di ujung desa antara Sabala dan Daeo. Jika sudah seperti itu, maka abrasi pun tak bisa dihindari lagi,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan