Tandaseru — Penumpang KM Holly Mary tujuan Loloda, kabupaten Halmahera Utara, dan kabupaten Pulau Morotai mengeluhkan ulah sejumlah buruh di pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Maluku Utara, yang dinilai meresahkan dan kerap memicu konflik.
Salah satu penumpang, Anto, mengaku dirinya dipaksa oknum buruh menggunakan jasa mereka menurunkan barang bawaannya berupa kardus dan karung, meski ia telah menolak karena alasan biaya.
“Kapal baru sandar, buruh langsung naik ke kapal mau turunkan barang. Saya sudah bilang tidak usah, karena uang saya tidak cukup, tapi mereka ngotot tetap mau turunkan,” ujarnya, Minggu (11/5/2025).
Menurut Anto, permintaan biaya jasa buruh pun dinilai tidak masuk akal.
“Mereka minta sampai Rp 100 ribu. Saya bilang saya tidak mampu, mereka tetap paksa. Mereka bilang tanggung jawab buruh di pelabuhan. Aneh saja, dari kapal langsung turun minta uang,” katanya.
Ia menilai, praktik semacam ini sangat meresahkan penumpang. Anto berharap pihak kepolisian segera turun tangan mengantisipasi terjadinya konflik yang lebih besar.
“Kalau kita tidak kasih uang sesuai permintaan, mereka tidak mau. Alasannya karena uang itu dibagi juga dengan kepala buruh. Kalau begini terus, bisa saja terjadi perkelahian besar,” keluhnya.
Penumpang lain berharap ada pengawasan dan penertiban terhadap aktivitas buruh di pelabuhan, agar penumpang merasa aman dan tidak dipaksa menggunakan jasa yang tidak diinginkan.
Tinggalkan Balasan