Adimun, Muhammad, dan Wati hanyalah sebagian kecil warga yang merasakan uluran tangan Basri. Warga dengan sakit berat yang ditolong Basri mendapatkan akses kesehatan tersebar ke berbagai kabupaten/kota di Maluku Utara. Mulai dari Ternate, Tidore Kepulauan, Halmahera Selatan, Halmahera Timur, hingga Pulau Morotai. Misalnya seorang anak penderita katup jantung bocor di Desa Kampung Makian, Halsel, dan anak pengidap hidrosefalus di Desa Patlean, Haltim. Tak terhitung pula ratusan siswa dan mahasiswa yang ia berikan beasiswa untuk membantu biaya pendidikannya. Hingga kini, mereka menganggap Basri adalah keluarga sendiri.
Lalu berangkat dari mana kebaikan hati seorang Basri Salama? Rupanya tak lepas dari perjalanan hidupnya yang berat.
Basri merupakan anak ke-11 dari 12 bersaudara. Saat ini, semua kakaknya telah meninggal dunia. Hanya ia dan sang adik yang tersisa, seorang juragan speedboat.
Basri lahir di kampung kecil bernama Surumalao di Kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan. Kampung kecil itu kini telah menjadi kelurahan yang diberi nama Kelurahan Tosa.
Semasa kecil, Basri bersama orang tuanya berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung lain di Tidore. Kedua orang tua Basri adalah pedagang kecil di pasar. Kehidupan mereka banyak dihabiskan di pasar, bahkan pasar telah menjadi rumah kedua bagi Basri kecil.
Basri adalah lulusan SD Negeri 1 Gamtufkange Tidore, lalu melanjutkan jenjang pendidikan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Soasio Tidore. Untuk bisa masuk SMP, biaya pendidikannya dibantu seorang dermawan yang juga tokoh Tidore bernama (almarhum) Haji Abubakar Konoras sampai ia lulus tahun 1992.
Semasa SD sampai SMP, Basri menyempatkan waktu liburnya berdagang es kelilling, bahkan berjualan di pasar membantu kedua orang tuanya. Saat orang tuanya harus berdagang jauh hingga ke Sorong, Basri dan adiknya selalu mendapat perhatian dari tetangga rumah di Gamtufkange. Bahkan ada yang mengasuh dengan penuh kepedulian yakni keluarga (almarhum) Muhamad Togubu, yang saat itu dikenal sebagai honorer penjaga kantor bupati Halmahera Tengah.
Semasa sekolah di SMP Negeri 1 Soasio, Basri menjabat sebagai Ketua Osis, hingga dikirim ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan OSIS se-Indonesia tahun 1994. Ia mewakili Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku.
Selulus SMP, Basri melanjutkan pendidikannya di SMEA Negeri Soasio Tidore. Lulus SMEA tahun 1995, ia sudah pasrah tak bisa lanjut kuliah. Namun saat mengurusi ijazah kelulusannya, Basri diberitahu kepala sekolahnya (almarhumah) Haja Radjibah Sandiah bahwa dirinya mendapat beasiswa Supersemar dari Yayasan Supersemar sebesar Rp 750.000.
Uang itu lantas dijadikan modal untuk berdagang ke Sorong. Basri membeli kambing dan ayam di Tobelo, lalu menyeberang dengan kapal perintis ke Sorong bersama almarhum ayahnya untuk berjualan. Setelah habis dagangannya, ia kemudian membeli beberapa dagangan di Sorong untuk dijual kembali di Kota Ternate. Keuntungan berdagang itu Basri gunakan untuk mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Khairun Ternate. Ia memilih kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bahasa Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia.
Di awal kuliah, Basri sehari-hari bekerja sebagai buruh di pasar Gamalama Ternate untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan hidupnya. Beruntung, sejak semester 3 sampai akhir kuliah, ia kembali mendapat beasiswa Supersemar karena dinilai sebagai mahasiswa berprestasi dan kurang mampu secara ekonomi.
Di masa-masa kuliah, Basri aktif sebagai aktivis kampus dan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Pada tahun 1998 dia dikenal sebagai aktivis jalanan yang sangat populer. Kala itu, dia juga dikenal sebagai inisiator pergerakan perjuangan pembentukan provinsi dan pemekaran kabupaten di Maluku Utara.
Basri Salama muda kemudian berkecimpung di berbagai organisasi kepemudaan, dan akhirnya aktif sebagai politisi. Tahun 2010 sampai 2013 ia pernah menjabat sebagai manajer Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Maluku Utara, sebuah lembaga yang menaungi pengusaha jasa konstruksi. Lembaga inilah yang menerbitkan Sertifikat Badan Usaha Jasa Konstruksi.
Saat pemilihan legislatif 2014-2019, sang aktivis terpilih sebagai anggota DPD RI daerah pemilihan Provinsi Malut. Semasa menjadi anggota DPD, Basri berinisiatif membentuk Kaukus Parlemen Maluku Utara yang terdiri dari tiga anggota DPR RI dapil Malut dan empat anggota DPD RI.
“Saya berinisiatif menyurat ke Istana untuk bertemu dengan Presiden bicara soal percepatan pembangunan Maluku Utara. Respon Istana saat itu cukup baik. Saya mengundang semua kepala daerah se-Maluku Utara, Ketua DPRD Maluku Utara, Bappeda se-Maluku Utara, dan BPKAD se-Maluku Utara. Karena Presiden keluar negeri, maka Istana merespon agar kedatangan kami diterima langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di istananya,” ungkap Basri, Rabu (11/9/2024).
Hasil dari pertemuan tersebut, banyak anggaran pembangunan lantas dikucurkan untuk Maluku Utara. Tak hanya itu, keran investasi juga dibuka lebar untuk masuk ke Malut.
Tinggalkan Balasan