Dari sisi kredit, penyaluran kredit pada Desember 2023 sebesar Rp14,59 T, tumbuh 3,91% yoy, didominasi oleh penyaluran kredit konsumsi. Pertumbuhan pada kredit konsumsi pada Desember sebesar 6,85% (yoy) atau mengalami deselerasi pertumbuhan dibandingkan bulan November yang tumbuh 7,78% (yoy). Kredit investasi tumbuh, didorong oleh ekspansi pembangunan smelter dan industri pendukung lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan nikel.

Selain itu, aktivitas masyarakat yang kembali normal pasca pandemi turut mendorong optimisme perusahaan dalam melakukan ekspansi bisnis, sehingga investasi meningkat.

Dari sisi neraca perdagangan, surplus neraca perdagangan masih terus berlanjut dan berada pada angka USD439,63 Juta untuk Januari 2024 yang didominasi oleh produksi smelter feronikel di Halmahera tengah dan Halmahera Selatan. Selain ferronickel, ekspor Maluku Utara berasal dari oksida nikel, nikel matte, bijih besi, hasil perikanan, serta hasil perkebunan.

Dari sisi impor, Impor bulan Januari 2024 tercatat sebesar USD 252,84 juta yang sebagian besar berasal dari komoditas pembangunan smelter berupa mesin-mesin serta bahan baku mineral pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Berikutnya, beralih ke sektor primer, dari sisi kesejahteraan petani dan nelayan, Nilai Tukar Petani (NTP) secara gabungan pada Januari 2024 berada di angka 102,80 menurun 0,83% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Jika dirinci, pada Januari 2024, NTP Gabungan Tanpa Perikanan tercatat sebesar 102,90 turun 0,92% (mtm) dengan Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang tercatat sebesar 101,24 naik sebesar 0,69% (mtm) yang terjadi pada subsektor perikanan
tangkap.

Beralih ke kinerja fiskal regional Maluku Utara, sampai dengan Januari 2024, kinerja baik APBN terus berlanjut. Pendapatan negara terealisasi sebesar Rp523,87 Miliar (10,46% dari target) dan mengalami kenaikan sebesar 62,76% (yoy) dengan kontribusi utama kenaikan pendapatan di sepanjang tahun 2023 berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas.

Sejalan dengan pendapatan negara, belanja negara juga mengalami kenaikan sebesar 17,48% (yoy) atau terealisasi sebesar Rp 1.426,69 miliar (17,48% dari pagu belanja). Tumbuhnya realisasi belanja didorong oleh kenaikan Belanja Pemerintah Pusat, tepatnya belanja barang dan kenaikan realisasi Transfer Ke Daerah pada Dana Bagi Hasil (DBH).