Selanjutnya sampah organik rumah tangga seperti sisa sayuran, kulit buah-buahan, dan sisa makanan dibuang pada lubang tersebut dan diberi tanah penutup secukupnya agar diproses secara aerob untuk menghasilkan pupuk kompos.
“Kalau skema penanganan sampah dengan model ini bisa terealisasi secara maksimal maka problem sampah organik di Kota Ternate akan terjawab. Kita tahu setiap hari kota Ternate menghasilkan sampah sekitar 130 ton. Di dalamnya ada 80 ton sampah organik yg dihasilkan dari rumah-rumah warga,” papar Syarif.
“Nah dengan skema ini sampah organik yang 80 ton per hari itu bisa dituntaskan dari sumbernya tanpa harus dibuang ke TPA Takome,” imbuhnya.
Dalam penerapannya, DLH berfungsi sebagai penyedia fasilitas pembuatan porous landfill.
Petugas DLH akan mendatangi rumah-rumah masyarakat untuk membuat porous landfill dengan menggunakan alat land drill.
Tinggalkan Balasan