Oleh: Agus SB
Anggota Komunitas Djarod

______

HENDAK beranjak untuk tidur dinihari, di Kota Malang yang masih dingin, saya menerima dengan keraguan kabar duka kepulangannya dari Rusdi alias Udi Pilas. Tapi, chat WhatsApp pagi harinya dari Herman Oesman mengonfirmasi kabar itu. Ali, demikian nama sapaannya yang saya kenal, telah pulang. Kepulangannya mengingatkan lagi, semua mahluk Allah akan dipanggil pulang. Sunnatullah, hukum dalam siklus hidup manusia, yang tak terelakkan. Apa yang menyebabkan seseorang, semua kita, dapat merasakan kesedihan, kehilangan dan merindukan pada “yang telah berpulang” adalah momen-momen terbaik di masa hidupnya.

Ali, yang saya kenal, tak punya ikatan keluarga darah-keturunan dengan saya dan banyak orang
yang keluar-masuk di warung kopi Djarod. Tetapi di situ, di warung kopi itu, helai-helai sosial perlahan terajut terbentang seperti rimpang (rhizoma) yang menjalar menumbuhkan tunas dan akar baru relasi-relasi sosial, yang sampai tingkat tertentu terasa kuat mengikat antar orang. Rimpang relasi sosial itu telah
melahirkan Komunitas Djarod.

Mengenangnya membuat saya berpikir bahwa, Ali dan Warkop Djarod adalah anugerah, jika bukan bagi kota Ternate seluruhnya, sekurangnya bagi para jurnalis, aktivis perempuan, lingkungan, aktivis organisasi kepemudaan, mahasiswa, bagi segelintir akademisi, segelintir ASN dan praktisi politik yang kerapkali masuk-keluar, ngopi, ngobrol, diskusi di Djarod. Saya, dan mungkin juga orang-orang yang mengenalnya sejak awal beliau tiba di Ternate, akan mengenang Ali dalam momen ketika (kita) membicarakan iklim intelektualitas dan ruang publik kota Ternate. Beliau dan isteri tiba sekitar tahun 2000-an (?) seusai konflik SARA di Maluku Utara, dan dimana iklim intelektual di Kota Ternate saat itu dalam suasana hening, jika bukan malah kering kerontang. Ali tidak datang dari seberang
(Manado/Bolamangondo) dengan sekadar menenteng dan meletakkan sebuah cangkir dan warung kopi (Warkop Djarod) di Kota Ternate. Datang, dan tanpa sengaja, barangkali, telah menciptakan sebuah ruang publik yang mengisi relung kota Ternate melalui Warung Kopi Djarod. Di dalam atau di atasnya, sebuah bangunan ruang yang berdiri di atas sepetak tanah yang terbatas yang disewa ini, menumbuhkan tunas-tunas intelektualitas dan aktivisme di kalangan elemen-elemen kaum muda civil society kota Ternate.