Tandaseru — Menjaga Sejarah Tetap Hidup; Penafsiran Pusaka Benteng Oranje adalah proyek pengabdian tentang pelestarian pusaka yang diinisiasi oleh dosen Universitas Khairun Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Roswita M. Aboe.
Project ini didanai Pemerintah Australia melalui Skema Hibah Alumni Australia (Australian Alumni Grant Scheme) yang diadministrasikan oleh Australia Awards di Indonesia. Sebagai salah satu alumni di Monash University Australia, Roswita bersama 25 peserta lain yang tersebar di seluruh Indonesia berkesempatan memperoleh pembiayaan kegiatan ini yang kemudian mengintegrasikan kerja sama di bidang pariwisata yang telah dijalin sejak 2017 antarinstitusi Unkhair-USC Australia dan Pemerintah Provinsi Maluku Utara.
Kegiatan ini berupa rangkaian seminar dan workshop yang melibatkan peserta dari asosiasi Pariwisata (Himpunan Pramuwisata Indonesia Maluku Utara), komunitas pusaka (Ternate Heritage Society) yang didiukung oleh Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan Kota Ternate dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara.
Rangkaian seminar dan lokakarya yang akan dibuat dalam kurun waktu satu tahun bertujuan untuk mengakomodir kebutuhan pemangku kepentingan lokal dan provinsi tentang bagaimana sejarah kolonial dapat disajikan dan memberi makna pada sisa-sisa peninggalan pusaka yang masih ada di Maluku Utara.
Benteng Oranje, sebagai pilot project yang dipilih, dengan maksud agar para pelaku pariwisata maupun komunitas dapat mengambil bagian untuk mengembangkan Maluku Utara sebagai destinasi wisata Pusaka, dan situs warisan kolonial. Selain itu peserta kegiatan juga diharapkan mampu mengembangkan metodologi untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan situs pusaka kepulauan rempah, dan juga cerita lokal, mengembangkan rencana kerja dengan tujuan SMART untuk diterapkan selama dan setelah krisis Covid-19.
Benteng Oranje sebagai salah satu dari sekian pusaka peninggalan masa lampau yang berwujud ini berpotensi menjadi daya tarik wisata internasional yang tidak hanya menjamin perlindungan pusaka tetapi juga memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk menghadirkan dan membangun kebanggaan atas warisan sejarah dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Seminar perdana yang dilaksanakan secara daring pada Selasa 23 Februari lalu menghadirkan Professor RW (Bill) Carter dari University of the Sunshine Coast sebagai pembicara utama, yang memaparkan tentang Pusaka dan Pengertian Interpretasi Pusaka, dan pembicara pendamping yaitu Maulana Ibrahim, M.Eng., Ph.D yang mengulas tentang sejarah Spice Island atau kepulauan rempah. Maulana adalah dosen Fakultas Teknik Unkhair yang juga merupakan pengurus Ternate Heritage Society.
Sebelumnya, kegiatan ini telah dibuka pada melalui kick off meeting di tanggal 26 Januari 2021 oleh Prof. Dr. Husen Alting., SH.,MH mewakili Universitas Khairun. Turut memberi sambutan pada saat itu Kadis Pariwisata Kota Ternate, Dr. H Rizal Marsaoly.,MM., Kadis Kebudayaan Kota Ternate, Rinto Taib., M.Si, Kepala BCPB Maluku Utara Drs. Muhammad Husni., MM., Kris Syamsudin., S.Pi. yang mewakili Dinas Pariwisata Maluku Utara serta sejumlah peserta perwakilan HPI, THS, akademisi Unkhair dan UMMU, staf Dispar, Disbud dan BPCB. Sesi seminar lanjutan akan dilangsungkan berturut-turut setiap bulan.
Oleh: Roswita M. Aboe
Dosen FKIP-Universitas Khairun
Kepala Kantor Urusan Internasional
Tinggalkan Balasan