Tandaseru — Pasien hidrosefalus kembali ditemukan di Provinsi Maluku Utara. Pasien berusia 6 bulan bernama Abdul Karim ini berasal dari Pulau Morotai.
Ibu kandung Abdul Karim, Warintah Laaha (30 tahun) kepada tandaseru.com menuturkan, sejak berusia 9 bulan dalam kandungan, buah hatinya bersama Muamar Tayib (35 tahun) itu sudah diketahui memiliki kelainan. Menurut dokter, ada penumpukan cairan di bagian kepala janin.
“Waktu USG pertama dan kedua belum kelihatan. Pas USG ketiga baru dokter bilang ada penumpukan cairan di kepala,” tutur Warintah, Minggu (22/11).
Begitu lahir pada 17 Mei 2020 di RSUD Morotai, kepala bayi asal Desa Muhajirin Baru, Kecamatan Morotai Selatan ini terus membesar. Ia kerap merasa kesakitan, sering menangis dan sulit tidur.
“Sebelum lahir, setelah dokter tahu dia sakit, dokter sarankan operasi langsung. Takut semakin hari makin besar di dalam kandungan. Setelah itu kita keluar dari RSUD, abis itu konsultasi di dokter anak, setelah itu dokter anak kasih sarankan untuk rujukan ke Makassar,” kisah Warintah.
Sayangnya, keluarga Abdul Karim mengalami kesulitan dalam membiayai pengobatannya. Sang ayah yang bekerja sebagai kuli bangunan dan ibu seorang ibu rumah tangga tak mampu membawanya ke Makassar untuk pengobatan.
“Saat ini kalau untuk makan syukur alhamdulillah lancar. Tapi dia sering menangis, susah tidur, dan waktu buang air besar juga menangis,” tutur Warintah.
Demi kesehatan Abdul Karim, orangtuanya kemudian mencarikan pengobatan alternatif. Ia pun dibawa ke kampung halaman ayahnya di Oba, Kota Tidore Kepulauan untuk berobat kampung.
Sambil berobat kampung, bidan sering datang ke rumah untuk mengukur lingkar kepala Abdul Karim.
“Karena kepalanya semakin hari semakin bulat membesar, dan besarnya dia ikut dia punya usia. Ukuran kepala masih di RSUD Morotai itu 38, dan saat ini sudah naik lagi ukuran kepalanya,” ungkap Warintah.
Sejauh ini, Warintah mengaku belum lagi membawa putranya ke dokter atau rumah sakit. Abdul Karim hanya dibawa berobat jika demamnya kambuh.
“Dan dikasih obat itu saja. Terus badannya tidak sakit tapi kepalanya saja. Kita datangkan tukang obat kampung ke rumah, bahkan yang dari Galela, tapi sampai sekarang belum ada perubahan,” ucapnya.
Warintah mengaku ia dan suaminya takut membebani orang lain dengan kondisi putra mereka.
“Saya tidak mau bebankan keluarga saya dan tidak mungkin kami kase beban sama mereka. Saya ikhlas, biarlah saya dan suami berusaha, karena ini adalah cobaan dari Allah,” katanya sambil terisak.
Saat ini, mahasiswa di Morotai dan Ternate sedang melakukan penggalangan dana untuk pengobatan Abdul Karim. Mereka juga akan minta bantuan Dinas Kesehatan untuk pengurusan kartu BPJS.
“Kalau ada yang membantu untuk pengobatan anak saya ini alhamdulillah, karena tong punya kendala cuma di keuangan saja. Saya juga berharap buat masyarakat Maluku Utara supaya minta doanya penyakit anak saya sembuh,” pungkas Warintah.
Tinggalkan Balasan