Tandaseru — Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia menyebutkan sudah ada 5.597.179 warga Indonesia yang tercatat sebagai penerima Kartu Prakerja. Para penerima terdiri atas gelombang 1 sampai 10 dan tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota yang terlayani secara digital.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Kemenaker Denni Puspa Purbasari ketika diwawancara sejumlah awak media, Senin (19/10) menyatakan, dari jumlah 5,5 juta penerima manfaat itu, Provinsi Maluku Utara termasuk dalam tiga besar daerah dengan peserta Kartu Prakerja paling sedikit.
“Padahal, pada setiap gelombangnya tersedia kuota untuk 800 ribu penerima Kartu Prakerja dari Sabang sampai Merauke,” cetusnya di Muara Hotel.
Denni bilang, Maluku Utara hanya menjaring 13.500 penerima Kartu Prakerja, atau berada pada posisi ketiga dari bawah di atas Papua Barat (6.600 penerima) dan Papua (10.500 penerima). Sementara di atas Malut ada Kalimantan Utara yang menggaet 27.300 penerima Kartu Prakerja.
Adapun 30 provinsi lain berhasil mencatatkan lebih dari 50 ribu kepesertaan Kartu Prakerja, dengan jumlah penerima terbanyak ada di Jawa Barat (817,6 ribu), Jawa Timur (667,9 ribu) dan DKI Jakarta (584,4 ribu).
“Kami berharap pada 2021 mendatang, Kartu Prakerja bisa menarik lebih banyak peminat dari 8 kabupaten dan 2 kota yang ada di Provinsi Maluku Utara. Potensi angkatan kerja di provinsi kepulauan ini sangat besar untuk menggerakkan ekonomi daerah,” harapnya.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan Malut menjadi provinsi terkecil yang menerima Kartu Prakerja ini di antaranya sosialisasi dan akses komunikasi internet.
“Karena tahun pertama Kartu Prakerja full dilaksanakan secara daring. Kami yakin, tahun depan tingkat kepesertaan akan lebih tinggi di beberapa daerah yang tahun ini angkanya masih di bawah rata-rata nasional,” ungkapnya.
Terkait dampak pandemi Covid-19 yang kemudian membuat program Kartu Prakerja dilaksanakan sepenuhnya secara digital, Denni bilang ini adalah sebagai sebuah berkah tersendiri.
Dengan metode daring secara total, Kartu Prakerja menjadi pilot project pelaksanaan transformasi digital secara nasional. Seluruh penerima Kartu Prakerja dari Aceh hingga Papua mendapatkan jenis pelatihan yang sama, tanpa ada perbedaan. Baik yang di Menteng, Jakarta Pusat, sampai yang di pedalaman Sula dan Morotai di Maluku Utara.
Dia menambahkan, penerima Kartu Prakerja di tahun pertama ini dapat dikatakan tepat sasaran. Pasalnya, data menunjukkan mayoritas peserta berusia muda, menganggur, hidup di sektor informal, serta memiliki pendapatan rendah.
“Karena itu, dana Rp 3.550.000 bagi setiap peserta meliputi bantuan pelatihan dan insentif menjadi sangat berarti untuk hidup di masa pandemi seperti saat ini,” ujarnya.
Menjadi penerima Kartu Prakerja juga terbukti memberi dampak besar pada status kebekerjaan mereka. Baik membantu mempertahankan status kebekerjaan maupun mengurangi laju pengangguran.
“11 persen penerima Kartu Prakerja yang sebelumnya menganggur kemudian bekerja. Sementara 47 persen penerima Kartu Pekerja yang sudah bekerja tetap bekerja setelah mengikuti berbagai pelatihan di Program Kartu Prakerja,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan