Oleh: Helmi
______
“Semua ini belum berakhir. Saat ini saya tetap mantapkan ikhtiar inshaa Allah atas izin Allah semua akan baik-baik saja.”
(Edi Langkara)
PELAKSANAAN pemilihan Gubernur Maluku Utara masih cukup jauh. Namun, suhu politik internal Partai Golkar Maluku Utara sudah mulai terasa di depan mata. Hasil Rapimda dan Rakerda itu memunculkan ragam pikir di khalayak luas Maluku Utara. Satu pekan telah berlalu tetapi di rumah-rumah kopi para aktivis, akademisi dan juga jurnalis mendiskusikannya hingga jauh malam menembus dini hari.
Dari diskusi yang panjang itu ada semacam kesimpulan dan analisis yang mengemuka di atas meja kopi yaitu bahwa ada langkah yang bakal ditempuh Edi Langkara yang akrab dipanggil Elang.
Seperti halnya pernyataan dari Bang Sujud Sirajuddin beberapa hari lalu di media online.
Elang adalah salah satu kader terbaik Golkar yang rasa-rasanya tidak mudah DPP Golkar akan melepaskannya begitu saja. Sebab Elang dengan segala kemampuannya sebagai pengurus DPP Golkar akan mampu me-review keputusan Rapimda yang memang belum menjadi keputusan mutlak sebab Rapimda bukan forum Partai Golkar yang final and binding (mengikat), masih bersifat pengusulan. Ada forum keputusan setingkat di atas yang bisa saja mengubah rekomendasi Rapimda dan memasukkan nama Elang sebagai calon Gubernur Malut dari Partai Golkar.
Hasil Rapimda Golkar Maluku Utara sangat terlihat jelas yang terlampau tendensius oleh ambisi politik dinasti Mus. Sesungguhnya ini bukan gambaran basis tetapi lebih pada arogansi kekusaan dinasti Mus yang menggunakan kekuatan struktur partai dari tingkat DPD II Golkar di kabupaten/kota yang tidak memberikan kesempatan kepada Elang untuk maju Gubernur 2024. Ini secara terang-terangan bahwa Elang dihalangi oleh kekuasaan dinasti.
Jika Golkar rasional untuk momotret ke basis maka Elang satu-satunya kader yang harus diusulkan sebagai calon Gubernur Maluku Utara. Apalagi Elang akhir-akhir ini terlihat sangat intens membangun konsolidasi dengan grassroots, juga aktif menyambangi kader senior dan sesepuh Partai Golkar. Ini menunjukkan bahwa Golkar memiliki kepedulian kepada masyarakat karena Elang bergerak semua itu dengan background Golkar.
Dari pernyataan Sujud di atas, maka penulis menilai menjadi seorang kader partai tidak hanya menjadi simbol partai dan memimpin partai. Ada beberapa yang harus dibuktikan dengan konsistensi sebagai seorang kader.
Perjalanan Elang di Partai Golkar banyak hal unik dan mengejutkan pada saat membaca catatan politik masa lalu dan peristiwa yang dihadapi Elang ketika perebutan rekomendasi Golkar di DPP untuk maju Bupati Halmahera Tengah. Salah satu yang menarik adalah pemberhentian dari sekertaris DPD I Golkar Maluku Utara, namun Elang tetap eksis di Partai Golkar sampai saat ini.
Elang adalah salah satu politisi Golkar yang sudah berulang kali disikut keluarga Mus, Elang hanya tersenyum menanggapi itu. Elang di berbagai tempat ditanya dan beliau dengan santai menjawab bahwa “semua ini belum berakhir. Saat ini tetap kita mantapkan ikhtiar inshaa Allah atas izin Allah semua akan baik-baik saja”.
Jika kita mencermati lebih jauh ke dalam tentang struktur Partai Golkar hari ini. Meminjam kalimat Rocky Gerung bahwa banyak orang paham yang bikin diri dungu atas realitas. Kalimat tersebut tepat untuk dialamatkan bagi mereka yang tunduk kepada orang yang sebenarnya mereka jauh lebih hebat. Banyak aktivis di partai tersebut yang hilang idealisme dan rasionalitasnya. Inilah fakta yang membuat mereka lebih takut kepada orang yang rekam jejaknya tidak meyakinkan untuk menjadi pemimpin.
Meski begitu, terlihat masih banyak aktivis bersama Elang yang berjuang untuk mengembalikan marwah Partai Golkar dari bencana kehilangan karakter sebagai partai tertua. Saat hasil Rapimda menjadi bahan diskusi di khalayak ramai, Elang terlihat enjoy seolah-olah tak merasa terjepit dengan keadaan yang dihadapi saat ini internal partai DPD I Malut. Mungkin karena Elang memahami betul selembar kertas yang akan diberikan DPP Golkar untuk dijadikan sebagai syarat bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU), sehingga ia begitu optimis untuk menyiapkan dirinya maju Gubernur 2024.
Sebagai sosok intelektual, Elang menyadari bahwa keputusan petinggi partai Golkar di kabupaten/kota lewat Rampinda dan Rakerda Maluku Utara kemarin adalah langkah yang sama halnya merusak generasi dan tidak memberi sumbangsih terhadap keberlangsungan tradisi politik yang cerdas di internal partai.
Nampak wajah-wajah struktur partai adalah mantan aktivis namun takutnya luar biasa. Harus dipahami bahwa kegiatan tersebut adalah ajang silaturahmi kader sekaligus menyatukan persepsi dan membangun kekuatan untuk menang di 2024. Itulah realitas politik masa kini di Golkar Maluku Utara yang jika terus diperpanjang maka bukan hal yang tidak mungkin bisa berefek kurang mantap di 2024.
Sebagai mantan aktivis yang pernah menjadi pengurus cabang bahkan besar di berbagai organisasi tapi “gepe” (gerakan pendengar) di hadapan orang yang salah satu kehebatannya hanya batiktok di depan warganet. Maka saatnya butuh politisi yang mengedepankan kebaikan bagi siapa pun asalnya. Politik butuh orang baik, jika politisi yang hanya tunduk atas pemegang kekuasaan dinasti maka menunggu kehancuran. (*)
Tinggalkan Balasan