“Besok mau perbaikan, kebetulan mau timbun daerah pelabuhan. Tapi menyangkut dengan kerja itu sudah dua kali bikin. Lalu pas selesai bikin, banjir, terus saya bongkar lagi, terus saya bikin lagi. Yang masalahnya sekarang justru lebih besar itu. Yang jelas sudah dua kali bikin,” jelasnya.

Ia juga meminta BPBD Taliabu agar bersamanya turun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi sungai di jembatan darurat tersebut. Pasalnya, kondisinya saat ini semakin lebar. Ini menyebabkan biaya pekerjaan makin besar juga.

“Yang jelas, BPBD juga harus turun ke lapangan untuk melihat kondisi di lapangan, karena memang anggaran tidak mencukupi. Karena sudah dua kali bikin,” tutur Suleman.

Pantauan media, akibat jembatan darurat tersebut ambruk, aktivitas penghubung dari selatan ke ibu kota Bobong sangat terganggu. Untuk mengantisipasi hal tersebut, saat ini masyarakat membuat jembatan darurat yang berbiaya ketika kendaraan melewati jalan tersebut.

Sekali tiap kendaraan lewat jembatan darurat milik warga dipatok tarif kendaraan roda dua Rp 5.000, sedangkan kendaraan roda empat mulai dari Rp 15.000, Rp 25.000, hingga Rp 50.000.