Apalagi dengan kondisi Maluku Utara yang multietnik religius, serta pernah dilanda konflik sosial, tentunya butuh pemimpin yang nasionalis dan negarawan.

“Saya pernah baca salah satu bukunya
Immanuel Kant. Dalam catatan Immanuel Kant tersebut mengingatkan kita bahwa suatu ancaman bagi negara multietnik religius apabila dibarengi oleh kebijakan yang diskriminatif. Seorang gubernur adalah pengambil kebijakan tertinggi di tingkat provinsi maka sudah tentunya harus nasionalis dan negarawan,” tukas Pak Dok.

Sebagai politikus senior, Pak Dok adalah seorang putra Maluku Utara kelahiran Ternate yang menamatkan pendidikan SMA-nya di SMA Negeri 1 Ternate. Ia lalu melanjutkan pendidikan kedokterannya di Manado, setelah itu memilih berkarier di bidang militer. Dengan berlatar belakang pendidikan dan latihan yang pernah dimiliki selama di militer, tentunya sangat nemahami dan membina kebhinekaan di Maluku Utara.

Demikian halnya dengan latar belakang pendidikan sebagai dokter spesialis kandungan, tentunya dalam mengatasi permasalahan di bidang kesehatan tak perlu diragukan lagi. Di sela-sela mengobrol dengan awak media, Pak Dok mengutarakan jika terpilih menjadi gubernur, maka ia memiliki trik tersendiri mengenai membangun pola pertahanan dan antisipasi dalam menjaga dan melindungi serta meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu dan anak. Sebab baginya, anak adalah pemilik hari esok.

“Merekalah masa depan Maluku Utara,” tuturnya.

Selain pengalaman di bidang kesehatan S2, Pak Dok adalah alumni program pascasarjana Magister Manajemen Universitas Airlangga. Dengan demikian pengalaman dan sepak terjangnya sebagai politikus di Maluku Utara tak diragukan lagi, terlebih dalam penyelesaian berbagai permasalahan selama menjadi anggota DPRD di Maluku Utara saat itu.

Selain itu, kepada awak media Pak Dok menyampaikan bahwa dalam pencalonannya sebagai gubernur Maluku Utara periode 2024-2029, ia memilih Prof. Dr. Rusman Soleman, SE.MSI.AK.CA sebagai calon wakil gubernur.