Indonesia, yang merupakan tetangga dari Pasifik, sudah pasti akan terpengaruh dengan pertikaian antar adidaya tersebut. Terlebih lagi, geopolitik Indonesia yang sangat strategis sudah pasti akan mengundang negara-negara tersebut untuk menguasainya. Bahkan bisa menjadi kunci kemenangan dalam konflik tersebut. Sementara itu, Indonesia dewasa ini masihlah jauh dari kata siap untuk menghadapi konflik tersebut. Berdasarkan Lowy Institute, riset menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi ke 10 dari negara-negara Asia. Masih kalah dengan Vietnam dan Taiwan, dan bahkan Korsel, yang mana notabenenya ukuran wilayah mereka tidak lebih luas daripada Indonesia.
Dengan ini dapat kita lihat bahwasanya Indonesia meskipun dengan kekayaan yang begitu sangat melimpah dan luas wilayahnya, masihlah kalah dengan negara Korsel yang luasnya hanya setengah dari semenanjung Korea dan miskin akan sumber daya alamnya. Hal ini berarti bahwa sumber daya manusia yang dimiliki Korsel lah yang menjadi tulang punggung Korsel sekaligus mampu menutupi kelemahan-kelemahan negara tersebut.
Berkebalikan dengan Korsel, Indonesia yang kaya, terlalu bergantung dengan SDA sebagai tulang punggungnya, meskipun sejatinya, tulang punggung asli Indonesia berasal dari rakyat yang wajib dibayar pada negara. Hal itu pertanda bahwa, kemampuan SDM dalam negeri masihlah tidak efektif dan efisien dalam mengelola dan memanfaatkan SDA yang tersedia, sehingga dibutuhkan SDM dari luar untuk melakukannya.
Kembali ke awal, Om Ipul dalam tulisannya menitikberatkan terhadap urgensitas Indonesia untuk segera mengambil sikap dan kebijakan guna mempersiapkan diri saat ini di tengah-tengah situasi dan kondisi geopolitik yang tiap hari kian memanas. Dalam hal ini militer. Jika demikian, maka hal-hal yang perlu dipertimbangkan di antaranya adalah anggaran negara dan teknologi yang dimiliki. Saat ini, anggaran negara atau APBN hanya mengalokasikan dana sekitar Rp 83 triliun untuk militer. Hal tersebut bisa dikatakan tergolong kecil untuk membiayai militer negara sekelas Indonesia. Terlebih lagi, militer kita yang saat ini masihlah berorientasi darat, atau dengan kata lain, belum berwujud maritim. Hal ini dapat dilihat dari jumlah personel TNI AD yang lebih banyak ketimbang TNI AL dan AU.
Kembali lagi hal ini tidak bisa terlepas dengan Anggaran yang tersedia. Anggaran yang dimiliki oleh militer Indonesia untuk saat ini, hanya demikian biaya yang bisa dialokasikan oleh APBN. Mengingat masih ada beberapa sektor yang harus dialokasikan lagi oleh dana APBN tersebut. Namun, jika jumlah pemasukan negara bertambah, maka anggaran militer dapat ditingkatkan. Bisa disiasati dengan menambah jumlah pemasukan negera dengan cara utang, akan tetapi hal ini seiring berjalannya waktu, akan melilit kita semakin kuat sehingga pada akhirnya akan membunuh kita sendiri (defisit).
Berbicara tentang peningkatan APBN, salah satu cara alternatif yang lebih baik adalah dengan cara meningkatkan pendapatan negara, baik Pendapatan Negara Pajak (PNP) maupun PNBP. Seperti yang kita ketahui peningkatan pendapatan pajak negara jika ditambah tarif pajaknya, hanya akan semakin memberatkan rakyat, sehingga yang harus ditingkatkan adalah bukan tarif pajaknya melainkan kepatuhan rakyat dalam membayar pajak. Selain itu, Indonesia dewasa ini masih mengandalkan sumber daya mentahnya sebagai andalan ekspor untuk mengisi komponen pendapatan negara. Tentunya hal ini bisa ditingkatkan dengan hilirisasi yang mampu menambah nilai dari sumber daya tersebut. Akan tetapi hilirisasi yang baik bergantung pada hulu yang kuat dan berkualitas, dalam hal ini SDM.
Sehingga dengan demikian sekiranya menurut saya, apakah lebih baik mendahulukan pengembangan SDM kita terlebih dahulu agar mampu mengelola sekaligus mengeluarkan seluruh potensi yang dimiliki oleh Indonesia? Ketimbang peningkatan militer yang menurut saya dengan kondisi Indonesia saat ini, tidak mampu mempertahankannya dalam jangka waktu yang lama. Tentu pengembangan militer juga diperlukan guna tetap menjaga keamanan dan pertahanan serta kedaulatan RI tercinta kita, sambil di lain sisi juga lebih memprioritaskan untuk membangun SDM kita yang lebih baik lagi.
Demikian kiranya menurut opini pribadi saya, tentu tidak lepas dari wawasan beserta pengalaman saya yang masih terbatas ketimbang Om Ipul. Maka dari itu, saya harapkan adanya timbal balik, baik berupa jawaban, kritik, ataupun saran dari Om Ipul yang mungkin dapat membantu saya agar dapat berkembang lebih baik lagi. Ingin saya rasanya bisa duduk bersama dengan Om Ipul dan berbincang-bincang sembari ditemani kopi. Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan panjang umur selalu oleh Allah SWT. Wallahua’lam bissawab.
MAN IC Serpong Tangsel, Ramadan 1445 H.
Tinggalkan Balasan