Tandaseru — Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2023 mempersembahkan tiga kolaborasi musik tradisi, yakni Tidore, Kalimantan Timur dan Danau Toba, Sumatera Utara, dalam satu panggung pertunjukan.
Pertunjukan yang ditampilkan mengambil tema Cocatu yang referensinya dari Arifin Abbas. Referensi ini bermakna begitu dalam untuk kehidupan yaitu rahmat dan rezeki.
Komponis FMTI 2023 Tatang Efendi Yahya menyampaikan karya Marasante di FMTI merupakan representasi sembilan instrumental, bunyi dan lirik yang dibawakan oleh 13 musisi lokal Tidore. Menyimpan makna yang syarat ruang sosial masyarakat Tidore.
Tatang bilang pertunjukan dibuka dengan lagu yang berjudul Uto Madiali atau Tanam Kembali menggambarkan kesabaran, pengharapan, hingga hasil yang dinikmati bukanlah suatu hal yang mudah dilewati namun selalu berbagi untuk mendapatkan rahmat ilahi seperti judul karya itu sendiri.
“Kemudian ada juga moro-moro, semacam syair dan pesan. Kami juga mengangkat tentang bagaimana kita sebagai orang Tidore harus menjaga keseimbangan alam atau dalam bahasa Tidore dibilang Hodade Gam, ada juga zikir dan salawat. Jadi dalam persembahan musik tradisi kali ini kita benar-benar mengambil tema soal ucapan syukur tentang menjaga alam atas apa sudah berikan kepada kita,” tuturnya, Kamis (30/11).
“Jadi ada sekitar sembilan lagu kami bawakan dan semua lagu tersebut punya keterkaitan dan hubungannya. Ada pesan, nasehat, dan juga bagaimana semangat mencari rahmat atau rezeki,” kata Tatang.
Tinggalkan Balasan