“Solusi yang saya kemukakan bukan tanpa alasan, sebab setiap kali curah hujan tinggi, banjir kerap merendam permukiman warga di sekitar tambang yang bisa saja menimbulkan korban nyawa dan kerugian harta benda warga,” ujarnya.

Ia menegaskan, memang idealnya pihak perusahaan harus membuat kolam penampungan/pengendapan air limbah yang mampu menampung debit air dari tambang dan saluran yang berfungsi mengalirkan air limbah ke kolam penampungan/pengendapan sebelum dibuang ke kali atau sungai. Namun saat ini kondisi ideal tersebut belum dilakukan pihak perusahaan.

“Oleh karena itu hanya ada dua pilihan untuk penanganan jangka pendek dalam mengatasi banjir yang kerap terjadi yaitu dengan membuat parit dan mengalirkannya ke sungai dan seterusnya ke laut atau membiarkan warga terus terendam air ketika curah hujan tinggi,” tuturnya.

Sebagai anak negeri dan tokoh masyarakat Halmahera Tengah, Yasin mengaku sedih, prihatin dan turut merasakan apa yang dialami warga yang setiap saat terdampak banjir.

“Jika pernyataan saya menimbulkan polemik, hal ini saya lakukan agar menjadi atensi untuk kita semua, khususnya terkait masalah banjir yang belakangan ini kerap dialami oleh warga yang ada di sekitar tambang tersebut. Kalaupun ada solusi-solusi lain, maka saya mengajak kepada kita semua untuk memberikan saran pendapat kepada pemerintah provinsi maupun Kabupaten Halmahera Tengah dalam menangani persoalan ini,” tandasnya.