“Belum ada dorongan pendanaan, kita menunggu dulu hasil auditnya keluar,” jelasnya.
Politikus Perindo ini mengaku, bahwa DPRD menemukan banyak kejanggalan terhadap proyek senilai Rp 123 miliar tersebut, mulai dari tahapan pelelangan, hingga proses pencairan anggaran yang tidak sesuai dengan progres fisik di lapangan.
“Jadi oleh konsultasi perencanaan memisahkan proyek pembangunan RSUD Sofifi ini menjadi dua paket, yakni mekanikal elektrikal senilai Rp 39 miliar dan gedung senilai Rp 84 miliar, dan menurut pandangan kami bahwa ini masalah, sebab paket mekanikal elektrikal senilai Rp 39 miliar dilakukan penunjukan langsung (PL),” katanya menambahkan
“Seperti yang sudah saya sampaikan tadi, bahwa DPRD akan meminta penjelasan ke pihak PT SMI ihwal persoalan ini,” ujarnya.
Temuan menarik lainnya, kata dia, adalah proses pencairan 15 persen yang kesannya dipaksakan. Sebab, progres fisik di lapangan dilaporkan baru mencapai 14 persen untuk pembangunan gedung, namun progres pencairan sudah mencapai Rp 18 miliar.
“Untuk paket mekanikal elektrikal sudah dicairkan senilai Rp 5,9 miliar, sementara progresnya nihil. Kita semua tahu bersama bahwa pekerjaan mekanikal elektrikal atau pemasangan instalasi listrik baru akan dikerjakan setelah progres pembangunan gedung sudah mencapai 100 persen, namun yang terjadi pada proyek pembangunan gedung RSUD Sofifi baru capai 14 persen tapi anggaran mekanikal elektrikal sudah dicairkan, dan ini sangat fatal,” katanya lagi.
Tinggalkan Balasan