Sekitar 85 persen dari korban eksekusi tersebut adalah wanita. Pada era tersebut, Eropa memang tengah diliputi dengan zaman kegelapan dan kemiskinan. Periode yang cukup menyiksa tersebut akan berpengaruh kuat pada psikologis banyak orang yang membutuhkan pelampiasan kemarahan.
Misalnya, Mary Trembles, Temperance Lloyd, dan Susanna Edwards. Ketiga wanita itu dieksekusi mati oleh masyarakat dan pengadilan Inggris pada 1632. Seiring waktu berjalan pada tahun 1660, pengadilan Inggris sudah memasuki masa pencerahan dan banyak orang-orang yang tak terbukti bersalah dibebaskan.
Kisah persidangan dan eksekusi tiga wanita penyihir asal Inggris ini dicatat dalam sebuah buku Bideford yang ditulis pada 1792 oleh ahli sejarah Inggris bernama John Watkins. Ada banyak ahli sejarah yang menyayangkan tragedi tersebut, apalagi ketiganya dituduh tanpa dasar bukti dan argumen yang kuat.
Kisah yang sedemikian itu juga terjadi pada seorang dokter di Skotlandia yang dianggap tukang sihir. Namanya Janet Boyman pada tahun 1572, ia dituduh melakukan praktik sihir karena dapat menyembuhkan pasien dengan obat-obat rahasianya. Juga dianggap sebagai tukang ramal yang dapat meramalkan kematian. Padahal, Janet hanya memprediksi kematian pasien akibat penyakit keras yang dideritanya. (*)
Tinggalkan Balasan