Khusus sayur lilin, setelah dikemas dalam kaleng, harganya meningkat. Dari biasanya dijual Rp10 ribu per ikat, kini sayur lilin kaleng dibanderol Rp 25-30 ribu. Namun, pemasarannya masih di seputar kampus Unkhair.

“Kami masih menunggu izin BPOM. Belum ada izinnya jadi enggak berani. Kemarin dipasarkan hanya di lokal saja, di kampus dan di event-event tertentu aja buat ‘cek ombak’. Sempat juga diperkenalkan ke pasar internasional dan banyak yang tertarik,” tutur Angela.

Ikrimah menambahkan, inovasi pengalengan sayur lilin dan sambal roa didanai oleh insentif matching fund Kedaireka dengan nominal mencapai Rp 130 juta.

Pihaknya bekerja sama dengan CV Miristika yang begerak di bidang produk tradisional pangan dan nonpangan khas Maluku Utara, juga dengan koperasi Unkhair.

“Kami juga bekerja sama dengan perusahaan ini untuk mengajukan ayam paniki, ikan garu rica, dan sambal cumi. Ini produk baru untuk tahun ini,” tandas Ikrimah.