Penambangan nikel, misalnya, tercacat ada 52 izin usaha dengan total luas konsesi 213.60 hektare yang saat ini tengah bergeliat menumbangkan pohon-pohon tanpa terkecuali membiarkannya untuk tetap tegak.
Senada dengan WALHI Malut, Ketua Umum Sylva Unkhiar Bahtiar S Malawat juga memproyeksi laju deforestasi hutan yang ke depannya akan lebih gila lagi. Hal tersebut karena ada proses penambangan dengan terus mengikuti luas garapan perusahaan penambang.
“Terutama penambang nikel ini kerena mereka akan lebih dulu melakukan pembersihan area dengan membabat habis tegakan hutan sebelum mereka harus mengeruk tanahnya,” katanya.
Selain itu, kata Bahtiar, bercokolnya perusahaan penambang nikel ini seiring juga dibangunnya pabrik pengelolaannya. Pabrik nikel ini sepenuhnya menggunakan batu bara sebagai saluran listrik untuk menghidupkan operasi pabrik.
“Artinya, ada dampak yang tidak langsung yang timbulkan dari PLTU, selain dampak langsung dari PLTU yang terus menyemprot polusi ke udara,” ucapnya.
Tinggalkan Balasan