Hari ini dan menyongsong hari-hari esok penuh misteri, kawasan Sagea akan terus diintai bermainnya ekologi kapitalistik yang bakal memproduksi ketimpangan dengan hukum besinya: pembangunan di satu sisi, dan keterbelakangan pada sisi yang lain. Pihak-pihak yang memiliki otoritas (kuasa dan modal), tentu dengan segala tafsir, akan mengajukan dalil paling benar bagi pihaknya: semua itu untuk pembangunan. Karena itu, mereka yang menantang “proyek” ekologi kapitalistik akan dinyatakan “musuh dan lawan” sekalipun itu warga sendiri.
Pada sisi lain, warga yang telah bertahun-tahun menjaga, merawat, memelihara, interrelasi kehidupan sosial bersama lingkungan Sagea yang ditempati, akan terus “melawan dalam diam” atas rencana itu. Karena memang tak ada pilihan lain untuk dijadikan argumen dan dasar “otoritas” untuk melawan. Rakyat yang berhadapan dengan kuasa dan modal akan tetap tak mampu menang.
Proses “perampasan” lingkungan/lahan untuk rencana besar korporasi dan pemerintah atas nama “pembangunan” akan terus berjalan dengan segala risiko. Perampasan itu akan merubah wujud menjadi penghisapan terhadap alam/lingkungan wilayah Sagea secara perlahan-lahan. Ekologi kapitalistik yang berman-main di wilayah Sagea, memberi makna bahwa akumulasi kapital, akan tetap dipertahankan dan terus didukung dengan segala daya, sekalipun harus merusak lingkungan dan alam sekitarnya.
Kisah Sagea, adalah kisah representasi, termasuk kisah wilayah lain yang bersinggungan dengan lingkungan, bahwa naluri Pemerintah kita untuk mensejahterakan rakyat hanyalah catatan pelipur lara. Pemerintah ternyata tak tulus untuk membangun, tetapi justru rajin dan sibuk mengurus nafsu berkuasa, sembar membagi-bagi wilayah untuk menguatkan dominasi.
Sagea, Kiya, Gua Boki Maruru, Gua Legaylol, Gua Meublol, danau Legaylol, dan lahan-lahan potensial yang dekat dengan warga hanya akan mengisi lembar cerita bagi anak cucu kelak, dan akan dianggap cerita fiksi sebagai sesuatu yang tak pernah ada dalam kenyataan. Lama kelamaan, dengan berlalunya waktu, kawasan Sagea, Kiya, Gua Boki Maruru, Gua dan danau Legaylol, Gua Meublol, benar-benar hanyalah cerita fantasi, karena di sana nanti akan berdiri industri besar yang siap menggusur tanah, lahan perkebunan, pemukiman, air, dan semua memori kehidupan warga Sagea.
Tinggalkan Balasan