Oleh: Herman Oesman
Dosen Sosiologi FISIP UMMU
_______
SIAPA yang dapat memastikan, masa depan alam dan ekologi Sagea – Halmahera Tengah yang bakal disulap berdasarkan prinsip ideologi kemajuan dan atas nama pembangunan dapat memberi resonansi kesejahteraan bagi masyarakat tempatan? Siapa yang bisa menjamin, kelangsungan Gua Boki Maruru yang selama ini telah menjadi bagian dari pendapatan masyarakat Sagea akan lebih meningkatkan kehidupan masyarakat, atau justru semua itu akan lenyap?
Lingkungan hidup, juga energi dan pangan saat ini menjadi perhatian masyarakat dunia secara serius. Kiranya, tiga tema yang saling beririsan dan memengaruhi itu menjadi penting untuk diperhatikan, termasuk mereka yang punya otoritas.
Epos Sagea dalam beberapa hari terakhir ini menyita perhatian masyarakat Maluku Utara dan Indonesia melalui media sosial dan media online. Titik perhatian, di mana lingkungan dan alam Sagea akan “dialih-fungsikan” sebagai bagian dari sistem ekonomi global, yang bakal melibas tata guna lahan, ekosistem, keanekaragaman hayati serta merombak Karst. Ancaman yang dikhawatirkan, selain hilangnya mata pencaharian warga, adalah hadirnya limbah, emisi, kebocoran energi, daya ekologis yang kian rentan, dan kepunahan spesies memberi kita satu kesimpulan: Sagea tengah terancam krisis dan bencana.
Krisis Sagea yang sebentar akan hadir di hadapan mata kita, bukan soal datangnya masa sulit yang membahayakan kondisi lingkungan. Namun di sana, akan berhimpun penilaian, saling memihak, antara warga yang tak punya otoritatif secuil pun, berhadapan dengan komprador dan pihak yang punya kuasa dan modal. Vis a vis warga, komprador, dan pemodal lalu menjauhkan dan memisahkan masa lalu dengan masa depan warga, terutama pelestarian bumi dan dunia yang akan ditempati anak cucu mereka, warga Sagea.
Di sana, akan berdiam para pemodal yang siap menjadikan kawasan Sagea sebagai episentrum untuk mengeruk keuntungan. Kawasan hutan tropis yang dikenal sebagai koridor key biodiversity area, bermukimnya satwa endemik, burung nuri, paruh bengkok, dan burung serindit, di hari-hari nanti mungkin tak lagi kita dengar. Hadirnya PT First Pacific Mining (Pacific Group Co.Ltd) akan menjadi ancaman bagi perkebunan, ekosistem Karst, ekosistem laut, air, dan hutan Sagea yang menurut data dikuasai PT FPM dengan luas konsesi tambang kurang lebih 2.080 Ha.
Tinggalkan Balasan