Oleh: Teguh Tidore
Pegiat Literasi Rumah Tua
_______
SEBENARNYA mereka mencari apa di gedung mewah itu? Saya melihat jiwa para politisi muda sedang berapi-api, mereka seakan sedang mempersiapkan banyak amunisi untuk menyambut momentum Pilkada tahun 2024 mendatang. Kalian cari apa sih??
Pertayaan lahir dari keresahan seorang penyair, bahkan anak muda mulai menunjukkan gigi untuk membuktikan bahwa mereka adalah bagian dari solusi masyarakat. Kalau kita benar-benar menyadari sudah berapa banyak pembuktikan yang mereka lakukan, yang ada itu mereka punya uang untuk bangun investasi, biar kalau tidak menjadi anggota DPRD lagi uang mereka bisa buat usaha, buka kos-kosan, kedai kopi, atau bikin toko. Memang tidak salah tapi jarang kita merasa bersama mereka. Kita hanya bertemu dengan mereka kalau lagi reses, mereka ngomong kita dengar, kita kasih saran mereka iya, terus menghilang.
Sudah banyak sekali intrik yang kita temukan di masyarakat. Baru-baru ini di salah satu media online Maluku Utara mengeluarkan berita salah satu anggota DPRD Ternate terkena kasus perselingkuhan, bahkan sudah beberapa kali di laporkan istrinya. Sebenarnya kepanjangan DPRD itu apa? Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Kalian itu bawahan rakyat, kenapa mereka merasa menjadi yang paling spesial? Mengapa mereka semakin menjadi-jadi? Sebagai bawahan dari rakyat seharusnya mereka itu tidak perlu merasa paling dihormati. Penulis menemukan banyak sekali ketidakseimbangan dalam kontribusi para politisi muda. Jangan sampai mereka mengejar menjadi anggota dewan semata-mata karena kekuasaan lagi.
Kita justru hanya menemukan mereka di ruang-ruang tongkrongan yang jarang sekali memberikan kami nutrisi. Sebagai masyarakat kami melihat kebijakan itu hanya sekadar meja dan dapur, fungsi kontrol hanya menjadi bahan-bahan renungan untuk pembangunan tanpa makna, proyek-proyek fisik hanya menjadi tembok-tembok yang tidak ada pengaruh apa-apa kepada masyarakat. Saya yakin mereka pasti tidak sepakat dengan catatan ini, akan tetapi ini sudah menjadi bukti di jalanan. Bayangkan gaji bisa sampai Rp 30 juta sekian, belum tunjangan bahkan sampai uang duduk yang berkisar sampai Rp 500 hingga Rp 700 ribu tergantung kebijakan masing-masing kabupaten. Menjadi anggota DPRD itu teryata bukan tujuan untuk mencari solusi masyarakat melainkan menjadi pengabdi simpan proyek. Kalau tidak percaya tanyakan kepada mereka berapa jumlah masing-masing anggota DPRD untuk program yang mereka jalankan.
Tinggalkan Balasan