Akibatnya, masyarakat masih cenderung berfikir bahwa persoalan sampah hanya menjadi urusan pemerintah daerah.
“Kami tidak menyalahkan masyarakat yah, namun ini fakta yang ditemukan di lapangan,” timpalnya.
Masalah sampah, kata Nurlaela, adalah soal kesadaran dan pengelolaan. Sedangkan, DLH Ternate masih sibuk dengan pendekatan yang sangat konvensional. Seperti faktanya saat ini, masyarakat buang sampah, kemudian dinas mengangkut dan membuangnya ke TPS atau TPA.
“Siklus dan modelnya hanya begitu terus berulang dari tahun ke tahun,” ujar Nela, sapaan akrabnya.
Selain itu, DLH selama ini dalam penanganan sampah kerap beralasan keterbatasan armada. Karena hanya memiliki 18 dump truk, 6 L300, 4 truk amrol dan sekitar 80 unit kendaraan pengangkut roda tiga.
Padahal, ada fasilitas lain yang menurut Nela, cukup efektif juga dalam menangani sampah. Yakni, seperti bangunan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) yang ada di Kelurahan Gamalama, Tubo dan Kalumata.
Tinggalkan Balasan