“Kami merupakan tim dari B’Pung’s Zulkarnain tenaga ahli jasa penilai publik yang bekerjasama dengan Perkimtan Kota Tidore dan Perkimtan Provinsi Maluku Utara untuk menuntaskan masalah lahan di Desa Aketobololo ini,” ujar Ikbal.
Ia bilang, saat ini tim telah mengkaji lahan yang berskala kecil yakni terdapat lima pemilik lahan yang nantinya akan dibayar Rp 35.000 per meter.
“Yang kami hitung itu masih harga tanahnya saja. Jika di atas tanah terdapat tanaman maka akan dihitung kembali oleh Dinas Perkimtan, sehingga diharapkan agar pemilik lahan dapat menyampaikan tanaman apa saja yang ada di atas lahan tersebut. Ketika lahan berskala kecil ini selesai dibayarkan maka kita akan melanjutkan untuk ke skala besar yakni sekitar 41 ribu sekian hektare yang akan dibangun Bandara Loleo tersebut,” jelas Ikbal.
Salah satu pemilik lahan skala kecil, Husen Muhammad, mengatakan siap mendukung pemerintah dalam pembangunan Bandara Loleo ini demi kemajuan dan perputaran ekonomi di Kota Tidore maupun Maluku Utara.
“Kami yang tanahnya masuk skala kecil yang telah dinilai oleh tenaga ahli dengan kisaran harga per meter Rp 35.000 pun kami siap menerima dengan harga begitu, karena bandara ini nantinya akan memberikan dampak positif untuk masyarakat sekitar,” kata Husen.
Di akhir pertemuan, masyarakat Aketobololo maupun Akelamo yang memiliki lahan masuk dalam lokasi pembangunan Bandara Loleo menyatakan sikap mendukung serta siap lahan dan tanamannya dilakukan pembayaran selanjutnya dilakukan pembebasan.
Tinggalkan Balasan