Ekosistem Membaca
Upaya kolaboratif pemerintah dan masyarakat di Maluku Utara untuk meningkatkan minat baca masyarakat bisa dimulai dengan menciptakan lingkungan membaca. Dengan meminjam istilah dari Ilmu Biologi, lingkungan membaca ini dapat dinamakan “ekosistem membaca”. Di dalam Ilmu Biologi, ekosistem merupakan sistem ekologi dimana ada hubungan saling ketergantungan antara makhluk hidup satu dengan makhluk hidup lain dan lingkungannya. Ekosistem dibentuk oleh dua komponen yaitu biotik dan abiotik yang berperan sebagai autotrof dan heterotrof. Autotrof disebut berperan sebagai menyedia makanan bagi lingkungannya, sementara heterotrof berperan sebagai pengonsumsi makanan di lingkungannya.
Membawa teori ekosistem pada Ilmu Biologi ini ke dalam konteks literasi, maka ekosistem membaca dapat diartikan sebagai sistem literasi dimana ada hubungan saling ketergantungan antara suatu penyedia bacaan dengan penyedia bacaan lain dan pembaca dalam suatu lingkungan. Komponen ekosistem membaca adalah komponen intrinsik dan ekstrinsik. Komponen intrinsik di sini menjalankan peran heterotrof sebagai pengonsumsi bacaan. Untuk menjadi pembaca, dibutuhkan kesadaran dan keinginan membaca yang tumbuh dari dalam diri seseorang baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kesengajaan dilakukan dengan peran orang tua atau keluarga yang membumikan aktivitas membaca di dalam rumah. Sementara ketidaksengajaan didapatkan dari paparan aktivitas membaca di lingkungan pembaca tertentu seperti keterlibatan seseorang di komunitas/rumah baca atau pertemanan dengan pembaca buku yang tidak terencana.
Paparan ini kemudian melahirkan kesadaran atau keinginan seseorang untuk bisa menjadi pembaca seperti orang-orang di lingkungan pergaulannya tersebut. Kesadaran membaca ini harus didukung oleh komponen ekstrinsik yang yang menjalankan peran autotrof seperti pengadaan dan pemanfaatan perpustakaan, kemudahan akses pada perpustakaan, adanya pojok-pojok/ komunitas-komunitas/ rumah-rumah baca, dan ketersediaan buku-buku bacaan yang merata hingga ke pelosok-pelosok negeri. Ekosistem membaca ini hanya bisa diwujudkan dengan implementasi dari seruan “mari menjemput bola!”
Mari Menjemput Bola!
Dalam dunia bisnis dikenal istilah menjemput bola yang adalah cara pedagang menjual produk dengan aktif mencari/menemui konsumen atau pembeli. Metode ini sebenarnya dapat diadopsi oleh perpustakaan di daerah seperti mempermudah (calon) pembaca mengakses buku-buku koleksi dengan mendekatkan buku-buku tersebut pada pembaca. Metode menjemput bola ini sejatinya sudah dilakukan oleh perpustakaan daerah dengan adanya perpustakaan keliling namun sepertinya tidak diikuti dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi baik, terstruktur, berkelanjutan, dan serius sehingga mandeg dan kurang terdengar lagi eksistensinya. Padahal perpustakaan merupakan komponen ekstrinsik dalam ekosistem membaca yang sangat diharapkan dapat menerapkan metode menjemput bola ini dengan desain frameowk yang baik, terstruktur, terencana, berkelanjutan, dan serius.
Di luar pemerintah, komunitas/rumah baca di Maluku Utara seperti Perpustakaan Independensia sebenarnya sudah mengaplikasikan metode ini melalui kegiatan Nukila Membaca setiap hari Minggu di Taman Nukila Ternate. Begitu juga dengan NBCL dengan Literasi Kastela, Armada Pena dengan aktivitas bersastranya, dan komunitas/rumah baca lainnya di delapan kabupaten/kota Maluku Utara dengan kegiatan literasinya masing-masing. Meskipun demikian, sepak terjang para komunitas literasi ini mempunyai keterbatasan karena dikelola secara swadaya dan minim anggaran.
Tinggalkan Balasan