“(Kesultanan) Tidore memperluas wilayah dari Tidore sampai Papua, Raja Ampat dan sebagainya sampai pada titik terakhir di tahun 1962 dari integrasi Papua ke Indonesia, termasuk Soa-sio (Tidore) menjadi pusat ibukota Irian Barat. Dan ini dari sisi sejarah memberi dukungan besar dan kuat terhadap bangsa ini,” terangnya.
Karena itu, imbuhnya, generasi saat ini tak boleh ketinggalan menyuarakan hak-hak budaya dan sejarah kita kepada pemerintah pusat.
“Agar ini diberikan penghargaan terhadap kita sebagai daerah Otonomi Khusus, ini untuk mendapatkan kesejahteraan masyarakat di bidang sejarah dan kebudayaan,” kata Syahril.
Dalam menyuarakan Otsus, menurutnya butuh peran semua pihak, jangan segelintir kelompok saja.
“Akademisi, kelompok generasi muda, stakeholder, budayawan, sejarawan dan anak bangsa dititipkan di Maluku Utara ini kita berpikir bersama untuk mendapatkan seperti mereka di daerah lain seperti Aceh, sama juga sama perjuangan. Oleh karena itu, dimintakan pemerintah pusat betul-betul ini dikaji sehingga hak-hak kami, hak kesultanan, hak sejarawan diberi penghargaan oleh negara kepada kita sehingga tuntutan masyarakat di Moloku Kie Raha ini harus dihargai karena pernah berjuang di masa lalu,” akunya.
Tinggalkan Balasan