Tandaseru — Ekosistem mangrove di Maluku Utara telah tergerus dengan adanya aktivitas modernisasi dan industri pertambangan.
Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Walhi Malut Faisal Ratuela yang ditemui usai diskusi bertajuk “Nasib Mangrove di Wilayah Kepulauan”, Sabtu (10/9), di Kota Ternate.
Faisal menjelaskan, Indonesia adalah segitiga terumbu karang dunia, di mana salah satunya ada di Maluku Utara. Karena itu, berbicara terumbu karang tidak lepas dari yang merupakan hal kunci di kepulauan.

“Saat ini, kami melihatnya ekosistem mangrove itu telah dibuka baik dalam aktivitas permukiman dalam aspek menjawab tuntutan lahan dan kemudian industri pertambangan, perkebunan dan kehutanan. Kemudian di wilayah pesisir mangrove dilepas menjadi armada pelabuhan dan industri lainnya seperti PLTU dan perangkat pendukung, itu di wilayah pesisir dan mengancam ekosistem mangrove secara langsung maupun tidak langsung,” jelasnya.
“Saya belum bisa menyampaikan berapa luasan terdampak secara langsung, baik aktivitas pertambangan, perkebunan kultur maupun industri kehutanan lainnya,” sambung Faisal.
Tinggalkan Balasan