Tandaseru — Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Khairun Ternate, Maluku Utara, Nasrullah La Madi menilai banyak mahasiswanya yang lebih doyan main media sosial ketimbang berdiskusi.
Menurutnya, ada perbedaan gerakan dan keaktifan mahasiswa di era 1990-an dan era 2000-an.
“Corak reformasi dan perkembangan informasi teknologi (IT) menjadi tantangan dan peluang. Hal yang menjadi tantangan ialah terjadinya perbedaan gerakan dan keaktifan mahasiswa. Gerakan mahasiswa sedang dalam masa paceklik, artinya tidak lagi memiliki daya kritis secara ekspresif dibanding masa lalu. Corak reformasi juga berbeda. Perkembangan IT (digitalisasi) juga berpengaruh dalam berkurangnya suara para Mahasiswa,” jelasnya, Rabu (6/7).
Ia bilang, khusus mahasiswa FKIP, cenderung lebih memperhatikan media sosial ketimbang mendiskusikan masalah-masalah pokok yang dihadapi bangsa saat ini.
“Mahasiswa cenderung malas dan berada pada zona nyaman mereka. Artinya hanya kuliah saja di kampus. Kemudian, ketika mereka ingin menyuarakan sesuatu, mungkin saja mereka merasa serba tanggung, tidak mampu mengembangkan daya kritis dan kreatifnya. Padahal, keaktifan dan kreativitas mahasiswa tidak bisa dipandang sebelah mata karena mereka memiliki pengaruh dalam setiap perubahan,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan