“Sebelum dibawa ke Rumah Sakit Sofifi, Mey bilang kepada ibu, ‘Ma, saya mau mati’. Saya minta maaf duluan. Tetapi sebagai perawat Mey mengetahui cara mengatasi dengan berbagai tahapan, sebab pernah merawat orang dengan gangguan jiwa dan mengetahui cara mengontrolnya,” papar Mey.
Kerasukan itu muncul selama 3 hari di Juli tahun kemarin. Mey tergeletak di tempat tidur dan berteriak ingin membunuh dan memukul orang tuanya. Ditambahkan dengan suara-suara tak jelas yang setiap saat mengganggu pikiran atau berilusi.
“Mey terus mengikuti ilusinasi, tapi itu nyata. Suara tersebut terus terdengar di telinga, tapi Mey tidak ikut. Berusaha keluar dari ilusinasi. Karena keimanan yang dipercayai, melawan agar menjerumuskan membunuh orang tua,” ucapnya.
Menurutnya, saat itu masih dalam keadaan tertidur. Tiba-tiba tanpa sadar diangkat dari kamar menuju ke pesisir pantai Tongowai ke Rumah Sakit Jiwa Sofifi.
Perjalanan melawati gelombang air laut siang itu diharapkan demi kesumbuhan nantinya. Walaupun lautan murka, tetapi Mey tetap pasrah kepada langit. Meminta dan bermohon agar mendapat jalannya.
Mobil ambulans bergerak cepat dari pelabuhan menuju rumah saki jiwa. Mey tak berhenti berteriak memukul ibunya dalam keadaan tak sadarkan diri. Ketika turun dari mobil, dokter di rumah sakit jiwa mengambil tempat tidur pasien yang dilengkapi empat rodanya untuk segara dibawakan ke ruangan. Proses pemeriksaan dimulai, seperti mengecek seluruh anggota tubuh, fisik, dan mental.
Selama 2 pekan berada di RSJ Sofifi, dokter memvonis Mey mengalami Skizofrenia Paranoid. Ini merupakan penyakit jiwa yang sering terjadi dibandingkan dengan penyakit kejiwaan lainnya.
Diketahui penyakit Skizofrenia Paranoid biasanya sembuh selama 1 sampai 2 tahun, jika secara rutin mengontrol. Sebagai perawat, Mey tahu apabila obat penenang untuk depresi ketika terlalu lama dikonsumsi maka berpengaruh terhadap saraf.
“Jadi penyakit itu, dia punya tingkatan di atas depresi. Saya sempat berpikir yang aneh untuk bunuh diri, serta orang tua. Penting untuk penderita penyakit ini, yaitu menjauhkan diri dari benda-benda tajam, batu, dan lainnya yang berkaitan benda tajam,” lanjutnya.
Tentang Ilusinasi
Sering dirasakan setiap manusia, ketika dalam keadaan lelah akan menimbulkan ilusinasi. Saya baru pertama kali bertemu perempuan mempunyai ilusinasi yang tak terpikirkan banyak orang untuk mengancam orang tuanya.
Ilusinasi bagian dari khayalan manusia yang dinilai bisa terjadi, namun untuk mengjangkaunya kita belum bisa membenarkan secara ilmu pengetahuan, namun memiliki kajian yang kuat untuk mampu dibuktikan secara sederhana dalam bentuk fakta. Hal demikian, seperti dialami saya saat melihat kerasukan seorang perempuan sewaktu berstatus mahasiswa.
Keberadaan ilusinasi yang dialami Mey, sering menjadi ilusinasi yang berkesudahan. Dalam mengalami ilusinasi, ada orang yang datang membantu, seperti dokter, Pak Karsim, dan Mbak Evi. Mereka ini adalah dokter di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Dari ilusinasi itu, Mey merasa seperti nyata. Mey rasanya bukan di Rumah Sakit Sofifi, tapi berada di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
“Ilusinasi itu, para dokter hadir dan memberikan semangat agar tetap kuat melawan. Alhamdulillah, dokter yang disebutkan itu saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas bantuannya,”cetusnya.
Tinggalkan Balasan